Arnold mengangkat sebelah alis, menatapnya tak percaya. “Jadi kamu pikir aku bohong?”Sherin tersenyum kikuk, lalu buru-buru mengalihkan tatapannya dan menjawab, “Maksudku … mungkin saja tadi kamu yang tidak periksa dengan benar.”Embusan napas kasar pun meluncur dari bibir Arnold. Pria itu memejamkan matanya sejenak, jelas menahan diri agar tidak mengomeli gadis itu lebih jauh.Melihat pria itu hanya diam, Sherin pun perlahan menoleh kembali. “Jadi … pintunya memang tidak bisa dibuka?” tanyanya, ragu.Arnold hanya mengangguk kecil, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.Sherin menunduk. Keningnya berkerut dalam. ‘Aneh sekali. Kenapa bisa tiba-tiba terkunci? Memangnya siapa yang kurang kerjaan mau mengunci kami?’ batinnya, masih tidak habis pikir, lalu ia melirik Arnold. ‘Pasti ini cuma akal-akalan dia saja,’Sherin mendesah pelan, lalu ia mengayunkan kakinya, berniat untuk membuktikan sendiri—lagi-lagi lupa kalau pergelangan kakinya sedang terluka.Namun, sebelum ia sempat melangkah, tub
Last Updated : 2025-11-16 Read more