Gio mendorong segelas cokelat hangat ke arah Alma. “Minum dulu. Lo butuh manis, bukan ribut.”Alma tersenyum tipis, lalu meneguknya. Hangat itu menenangkan, meski tidak sepenuhnya menghapus gundah. “Makasih, Gio… gue capek.”“Gue tahu.” Gio bersandar. “Kalau lo mau cerita, gue dengerin. Kalau nggak, gue cuma duduk di sini.”Alma menatapnya lama, lalu menghela napas. “Gue nggak tahu siapa yang harus gue percaya lagi. Lo bilang log ini asli. Rian bilang palsu. Terus tiba-tiba Reina masuk dan bikin tambah kacau.”Gio mencondongkan badan, suaranya lembut. “Alma, lo nggak salah kalau bingung. Itu memang tujuan mereka, bikin kamu ragu. Tapi gue janji, gue nggak akan lepasin lo. Apa pun yang terjadi, gue di pihak lo.”Alma menunduk lagi, tapi hatinya terasa berat. Kata-kata Gio menenangkan, tapi jauh di dalam, ada bayangan wajah lain. Rian, dengan tatapan marah yang justru membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Kenapa gue harus ingat dia sekarang? batin Alma, menggertakkan gigi pelan.Gio
Last Updated : 2025-09-05 Read more