Alma menahan napas. Ada sesuatu di dadanya yang bergetar aneh, antara takut, marah, dan… sesuatu yang lain yang tidak ia mau akui.“Rian…”“Apa?”“Kalau benar lo peduli, buktikan. Jangan cuma suruh gue percaya. Tunjukin ke gue kalau lo bukan bagian dari permainan ini.”Rian terdiam, tatapannya dalam. “Oke. Kalau itu yang lo mau… gue bakal tunjukin. Tapi jangan salahkan gue kalau kebenaran nanti bikin lo lebih nyesek daripada sekarang.”Tanpa menunggu jawaban, Rian berbalik menuju pintu. Tapi sebelum keluar, ia menoleh sebentar.“Dan satu lagi, Alma. Mulai malam ini, jangan pernah sendirian. Karena bukan cuma mereka yang ngawasin lo… gue juga.”Pintu tertutup keras. Alma berdiri membeku, napasnya masih tercekat. Di dalam hatinya, ia tahu—Rian baru saja menunjukkan sisi yang berbeda.Marah. Peduli. Dan berbahaya, sekaligus.Kamar terasa lebih pengap setelah Rian pergi. Alma duduk di ujung ranjang, kedua tangannya masih menggenggam kain celana yang basah oleh keringat dingin. Nafasnya be
Terakhir Diperbarui : 2025-08-31 Baca selengkapnya