Tetua Agung Valerius menatap Rayden dengan tatapan yang sedingin es di malam hari. Di sampingnya, Anya berdiri tegak, memancarkan ketenangan yang terkendali. Ruangan megah itu dipenuhi aroma dupa cendana dan hening yang menusuk, hanya diselingi suara angin yang berdesir pelan di luar jendela.“Kau akan mendapatkan pengetahuan kami,” ucap Valerius, suaranya serak dan berat seperti gesekan batu. Matanya tidak berkedip saat menatap Rayden, seolah sedang menimbang-nimbang sebuah objek yang penuh risiko. “Namun, ingat ini baik-baik, anak muda. Kegagalanmu adalah kegagalan Lady Anya.”Anya tidak bereaksi. Ia hanya membungkuk hormat, gerakan yang anggun dan tanpa cela. “Saya menerima tanggung jawab ini, Tetua Agung,” jawabnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, namun dipenuhi keyakinan. Pandangannya kemudian beralih pada Rayden, tatapan mata peraknya berkilau. “Ikut aku, Pewaris.”Rayden mengangguk kecil, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia mengikuti langkah Anya yang ringan, keluar da
Última actualización : 2025-09-24 Leer más