“Pak, maaf ganggu. Saya mau ketemu Bapak. Ini penting, Pak,” ucap Angga. “Sepenting apa?” tanya Rain dengan nada datar. “Hidup dan mati saya, Pak. Saya sama Shasha... kita berdua mau ketemu Bapak, dan ada yang harus kita tunjukkan,” jawab Angga tegas, tapi terdengar gugup. “Oke. Sekarang ke apartemen saya,” ucap Rain tanpa ekspresi. “Baik, Pak. Tapi... lokasinya di mana, Pak?” tanya Angga pelan. “Saya kirim ke nomor kamu,” ucap Rain santai. “Jangan, Pak. Hape saya hilang,” sergah Angga cepat, suaranya terdengar panik. “Waw... oke. Saya kirim ke nomor ini. Saya tunggu, jangan lama-lama. Jarak apartemen ini ke kosan itu dekat,” ucap Rain dengan nada setengah menantang. “Iya, Pak,” sahut Angga, kali ini lebih hati-hati. Panggilan berakhir. Rain tampak kembali tenang, menatap layar ponselnya sebentar sebelum menikmati cake buatan istrinya. “Kenapa, Mas?” tanya Gendis lembut, menatap wajah suaminya yang berubah serius. “Angga mau ke sini,” ucap Rain datar. “Angga? Oh... Angga s
Última actualización : 2025-10-06 Leer más