“Bagaimana, Ma?” tanya ayah Raka, suaranya pelan tapi tegas. “Gendis nggak mau, Pa,” ucap ibu Raka, matanya berkaca-kaca. “Raka, Mama nggak bisa paksa Gendis. Dan dia juga sudah punya pengganti kamu,” ucap ibu Raka, berusaha tegar meski hatinya remuk. Raka hanya bisa menghela napas panjang. Ia mengusap wajahnya, lalu bersandar lemah di ranjang. Selang infus masih menempel, tubuhnya tampak ringkih, sorot matanya penuh sesal. “Sama psikolog itu?” tanya ayah Raka, menatap anaknya dalam-dalam. “Iya, Pa. Dia juga yang terima telepon Mama,” ucap ibu Raka lirih. “Kok… kalian tahu?” tanya Raka dengan suara bergetar, menoleh pada kedua orang tuanya. “Jadi… waktu itu Gendis pernah pulang dianterin sama Rain,” ucap ibu Raka, suaranya tertahan, seolah menyimpan luka lama. “Kok bisa, Ma? Kenapa kalian biarin aja?” ucap Raka, tampak kecewa, matanya memerah. “Waktu itu, mereka tidak ada hubungan khusus, selain Gendis dan Rain adalah pasien dan psikolog. Rain cerita kalau istri kamu
Terakhir Diperbarui : 2025-09-01 Baca selengkapnya