Deon berdiri kaku. Di tangannya, sarung tangan lateks bergetar halus, bukan karena dingin, tapi karena ketegangan yang ia tahan mati-matian.Matanya menatap meja autopsi yang berjejer. Delapan tubuh terbujur di sana, tanpa bentuk wajah, tanpa identitas yang pasti.“Yang mana… Jannah?” bisiknya pelan, nyaris tidak terdengar.Petugas forensik menatapnya iba, lalu menunduk. “Berdasarkan dokumen sample DNA yang kami terima, kami tidak dapat memastikan itu milik tubuh yang mana.”“Tidak ada cara?” Deon memotong, suaranya tajam. “Kalian sudah melakukan tes DNA, bukan?!”“Kami sudah mengirim sampel rambut dari semua tubuh wanita yang paling mendekati deskripsi Nyonya Jannah… tapi, Tuan, jenazah yang ada di sini, kondisinya sudah hancur, jaringan membusuk, DNA-nya... nyaris tidak bisa terbaca. Semuanya sudah membusuk dua bulan lamanya dan...”Deon menggertakkan gigi. “Ak
Terakhir Diperbarui : 2025-11-12 Baca selengkapnya