“Papa tahu? Mama baru saja menawarinya uang seratus juta, dan dia kelihatan tergiur banget! Seratus juta, Pa! Mama makin yakin kalau dia cuma ngincar harta kita,” ujar Erin, penuh keyakinan. “Apa itu benar?” tanya Erlangga dengan nada serius. “Iya, Pa. Untuk apa Mama bohong?” sahut Erin, berusaha meyakinkan suaminya yang tampaknya sudah mulai percaya. “Kalau memang begitu, berarti dia bukan wanita yang tepat untuk Bima.” Erin lalu menggenggam tangan Erlangga dengan wajah sedih. “Mama kan sudah bilang, Lusi adalah wanita yang tepat untuk Bima. Dia keponakan Mama sendiri, baik, sopan, dan tulus.” Erin berhenti sejenak, lalu menambahkan, “...dan yang paling penting, bisa dipercaya.” Erlangga mengangguk, membenarkan ucapan istrinya. “Lusi itu sarjana, Pa. Lulusan terbaik. Cantik, pintar. Kalau kita kenalkan ke orang luar pun, nggak bikin malu. Tapi Sofia?” Erin menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya. “Mama yakin dia dari keluarga biasa. Pendidikan pas-pasan, paling cuma
Terakhir Diperbarui : 2025-07-29 Baca selengkapnya