Zira mengangguk pelan, namun hatinya masih ragu. Ia merasa lega dengan penjelasan ayahnya, tapi nalurinya tak bisa begitu saja menyingkirkan rasa cemas. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar. “Ya … aku cuma … takut kalau Papa … ada masalah lagi … atau … salah paham dengan Alesha.”Rayhan tersenyum tipis, mengusap rambut Zira. “Papa nggak mau ada salah paham, Zira. Lagipula, Alesha juga tahu batasnya. Dia sopan, menghormati kita, jangan khawatir. Kita tetap harus percaya satu sama lain.”Zira menatap wajah ayahnya yang tenang, perlahan hatinya ikut tenang. Tapi tetap saja, bayangan foto itu tak sepenuhnya hilang. Ia memutuskan, walau hatinya ragu, ia tetap harus pergi ke kampus. Tidak untuk mencari masalah, tapi untuk mengisi waktu dan mengalihkan pikirannya.Setelah sarapan singkat, Zira berdiri, merapikan seragamnya. “Papa … aku pergi dulu ke kampus ya. Hari ini nggak ada konsultasi skripsi, tapi aku mau ke perpustakaan. Jangan khawatir,” katanya sambil
Last Updated : 2025-10-21 Read more