“Jawab aku, Reina,” suara Abian rendah, nyaris seperti geraman binatang buas yang siap menerkam.  Reina tak gentar. Senyum miringnya muncul, penuh tantangan. Ia menyandarkan tubuh ke kursi mobil, seolah sedang menikmati permainan.  “Kamu sungguh lucu, Abian. Takut kehilangan aku pada pria lain? Atau—” Reina menekankan nada suaranya. “Kamu baru sadar kalau aku bukan milikmu sepenuhnya?”  Tatapan Abian makin tajam, pupilnya menggelap. Ia membungkuk, mendekat begitu cepat hingga napas panasnya membelai wajah Reina. “Jangan bermain api dengan aku,” desisnya.  Reina terkekeh pelan. “Kalau aku memang suka main api, apa kamu sanggup memadamkannya?”  Kata-kata itu bagai sumbu dinyalakan di tengah bensin. Tanpa memberi kesempatan lagi, Abian langsung menangkap bibir Reina dengan ciuman kasar. Tidak ada kelembutan, hanya rasa lapar, kemarahan, dan kepemilikan yang membakar.  Reina terperangah, tubuhnya tersentak. Tangannya sempat mendorong dada bidang pria itu, tapi Abian menahan kedua per
 Terakhir Diperbarui : 2025-09-17
Terakhir Diperbarui : 2025-09-17