Ana berusaha fokus, tapi tubuhnya sedikit goyah saat memasang bagian leher zirah. Refleks, Leon menaruh satu tangan besar di pinggangnya untuk menstabilkan.Ana membeku. Kursi, zirah, dan gengsi Leon membuat momen itu jadi semakin dekat. Tatapan mereka bertaut. Jantung mereka berdegup tak karuan.“Selesai,” ucapnya akhirnya dengan suara bergetar, lalu turun perlahan dari kursi. Akhirnya, Ana bisa menghirup oksigen dengan benar.Leon merentangkan tangan, menguji ketepatan baju jirahnya. Tatapannya menelusuri Ana sebentar, ada kilatan halus di matanya. “Hm. Tidak buruk… untuk seorang pelayan.”Ana buru-buru menunduk, menyembunyikan rona merah di pipinya. Tapi sebelum ia sempat beranjak, Leon menoleh setengah, suaranya pelan namun jelas.“Hati-hati lain kali. Baja bisa melukai jemarimu.”Ana menurunkan kakinya perlahan dari kursi. Lantai marmer dingin menyentuh telapak kakinya, tapi tubuhnya masih terasa hangat oleh kedekatan tadi. Ia menghindari menatap Leon, sibuk merapikan tali kulit
Terakhir Diperbarui : 2025-08-31 Baca selengkapnya