Ana menarik napas panjang. “Aku bisa mencoba… asal jangan ada yang bilang siapa yang membuatnya,” katanya pelan, hampir berbisik.Madam Bianca mengangguk cepat. “Baik, aku akan pastikan.”Tak lama kemudian Madam Bianca saling lirik dengan Diana. Ana bangkit, menggulung lengan gaunnya, lalu mendekati meja adonan. Para pelayan lain masih panik, ada yang memotong buah, ada yang bolak-balik mengecek oven, tapi mereka memberi sedikit ruang ketika Ana meraih mangkuk besar.Tangannya bergerak luwes, seolah ingatan masa lalu langsung kembali. Ia menakar tepung, mencampur mentega, lalu menambahkan potongan apel tipis yang diberi gula dan kayu manis. Gerakannya tenang, berbanding terbalik dengan hiruk-pikuk dapur.“Cepat… cepat, Nyonya, beliau bisa makin murka,” bisik juru masak tua, Madam Melisa yang masih gemetar. Sungguh, ia belum terbiasa menghadapi majikan seperti Pangeran Leonhart yang kejam dan temperamental.Ana hanya mengangguk. Bibirnya tidak banyak bergerak, matanya fokus. Saat ia me
Terakhir Diperbarui : 2025-08-25 Baca selengkapnya