"Pas banget, Mama juga lagi kangen sama kalian. Baru aja bilang sama papa, gimana kalo besok main ke rumah Ais. Ya, Pa, ya?" ucap mama seraya melirik papa. Pun, menyambut anak-menantunya. "Iya, nih. Eh, tahu-tahu nyetrum ke Garda. Nelepon Papa sama mama ada di rumah apa nggak. Bisa gitu, ya?" Papa terkekeh. Daisha mencium tangan orang tuanya seperti yang Garda lakukan. Yang membedakan, senyum Daisha bahkan kaku. "Eh, tangan Ais dingin banget. Lagi sakit, Nak?" tanya mama. Masih sambil menjabat tangan putrinya. "Lho, pucet juga mukanya. Sakit, Sayang?" Kening Daisha sampai disentuh, mengukur suhu tubuh. Mama tampak begitu khawatir. Sontak, Daisha menggeleng. "Di mobil AC-nya dingin, masih kebawa-bawa sampe sini kayaknya, Ma." "Beneran?" Mama Nuni tampak tidak percaya. "Papa telepon dokter dulu." "Eh, nggak usah, Pa. Ais nggak pa-pa, beneran." "Di rumah," celetuk Garda. Dan sepertinya saat-saat sang suami buka mulut, Daisha selalu dirundung takut. Jantungnya berdebar kencang. "
Terakhir Diperbarui : 2025-08-06 Baca selengkapnya