Raut wajah Danastri tegang menatap Widipa yang tampak santai saat berucap seperti itu. Bagaimana bisa saham yang sudah menjadi hak Genta diambil? Bodoh jika pria itu mengiyakan perkataan Widipa."Bagaimana? Kau tak mau? Uang yang kau inginkan itu banyak, Genta. Bukan kertas lipat," kata Widipa menyesap kopinya sejenak.Danastri langsung menoleh ke arah Widipa, tetapi saat dia hendak bicara Widipa hanya mengangkat tangannya pelan, menandakan agar Danastri diam. Danastri tak yakin dengan rencana ini.“Baik. Aku setuju.” Genta tak berpikir lama.“Mas, kau yakin?” Danastri menatap Genta tak percaya.“Aku tidak punya pilihan, Danastri,” jawab Genta lirih. “Saham itu tidak ada artinya kalau aku sudah mati diseret orang-orang itu.”“Kita buat suratnya nanti siang. Aku pastikan utangmu lunas. Tapi setelah itu, jangan pernah kembali ke permainan lamamu.” Widipa hanya menatap dingin, lalu mengangguk pelan."Pergunakan uang itu sebaik-baiknya, Genta. “Aku janji,” katanya pelan. “Aku tidak akan
Last Updated : 2025-10-12 Read more