Widipa berdiri dekat jendela. Dia terdiam dengan tangan yang bersedekap sembari matanya menatap lurus ke jalanan di bawah. Dia tampak tenang, tapi jemarinya mengetuk kaca pelan sebagai bentuk tanda gelisahnya.Di belakangnya, suara lembut terdengar.dari bibir Danastri yang baru saja terbangun dari pingsannya kemarin. Danastri menyadari ada Widipa yang menunggunya."Kau datang pagi sekali,” ujar Danastri dengan suaranya yang serak, tapi matanya sudah terbuka penuh."Apa kau sejak kemarin di sini, Dipa?"Widipa menoleh sekilas. Tatapannya tajam, tapi ada kelegaan samar di dalamnya. Wajah wanita yang dia sayangi terlihat pucat dan sayu. Hati dan pikirannya kacau memikirkan Danastri yang terbaring sakit.“Jadi kau akhirnya sadar juga,” katanya datar."Iya bau kopi yang membangunkanku," sahut Danastri masih bisa bercanda sambil duduk bersandar.“Kenapa tidak bilang apa pun padaku tentang keadaanmu? Kau tahu aku tidak suka kau menyembunyikan apapun dariku," ujar Widipa.Danastri menarik nap
Terakhir Diperbarui : 2025-10-16 Baca selengkapnya