Sudut bibir Puspa terangkat, membentuk senyum dingin penuh ejekan. “Aku cari Indra, sejak kapan aku harus izin ke orang luar sepertimu?”Mata Wulan berkilat dengar kata-katanya, namun entah teringat apa, ia tetap berdiri kokoh, nggak mundur selangkah pun. “Memang benar banyak wanita yang kagum dengan Pak Indra, tapi tolong Nona Puspa, kendalikan dirimu. Jangan seenaknya datang ganggu pekerjaan kami,” katanya datar.Ucapan itu, seolah-olah beri Puspa cap nggak tahu malu, mati-matian nempel tanpa harga diri. Puspa dengar itu dengan jelas. Suaranya dingin penuh penekanan. “Aku ulangi sekali lagi, minggir.”Belum sempat Wulan jawab, Lola Purnama, si kaki tangan langsung maju, nada suaranya kasar. “Puspa, cukup! Kamu pikir bisa seenaknya langkahi orang? Apa kamu lupa gimana kami usir kamu terakhir kali?” Ia melirik ke arah Wulan, kemudian tambahkan dengan lebih tajam, “Wulan, jangan buang waktu bicara ke dia. Perempuan macam dia, yang berambisi naik ranjang jadi selingkuhan emang hina se
더 보기