Suasana seketika menegang, seperti busur yang ditarik sampai ujung, siap putus kapan saja. Tatapan Indra tajam dan berbahaya, buat Puspa curiga, jika ia berani ucapkan satu kata lagi tentang lukai Wulan, mungkin lelaki itu akan lebih dulu lenyapkan dia? Sampai akhirnya sebuah telepon dari Wulan datang, buat ekspresi Indra kembali normal. “Kak Indra, di luar suara petirnya besar sekali. Aku takut. Aahh!” Suaranya terselip dalam dentuman guntur dan jeritan kecil.Indra segera menenangkan, suaranya lembut, “Jangan takut. Aku datang sekarang.” Begitu ucapannya selesai, ia pun lenyap dari rumah Puspa tanpa sedikit pun noleh.Puspa menatap kepergiannya, tersenyum getir. Benar saja, kata-kata Wulan memang selalu ampuh. Ia alihkan pandangan ke koper Indra yang masih tersisa di ruang tamu. Tanpa ragu sedikit pun, ia seret keluar, buang dari rumah. Di sisi lain, Indra menerobos derasnya hujan, nyetir mobil hingga sampai di kompleks apartemen Wulan. Begitu turun, ia langsung naik lift ke la
Baca selengkapnya