Sudut Pandang Icana.Rizky tergeletak di tempat tidurku seperti malaikat yang jatuh, setengah sadar, bajunya lecek, dan jari-jarinya menggapai-gapai ke arahku sambil menyebut namaku dalam keadaan mabuk."Ica?" gumamnya, matanya nyaris tak terbuka. “Kenapa kamu berdiri begitu jauh?”Suaranya sangat familiar, begitu intim hingga menyayat hatiku, membuat dadaku terasa sesak.Aku membeku.Inilah saatnya. Momen di mana semuanya mulai salah dalam kehidupan lamaku.Rizky tersenyum pelan dan santai, lalu mulai membuka kancing kemejanya. "Ayo, Ica."Dia terlihat seperti personifikasi godaan, dosa yang pernah kuinginkan.Tapi sekarang, aku lebih paham. Jadi, aku tidak mendekat. Sebaliknya, aku mundur selangkah.Dalam kehidupanku yang dulu, Rendra Prasetyo, kakak aku, telah memberiku segelas minuman keras malam ini dengan senyuman yang penuh arti. Dia tahu aku menyukai Rizky, teman mafia yang berbahaya dan tampaknya tak terjangkau.Dia menuangkan minuman untuk Rizky, katanya untuk membuatnya lebi
Read more