Aku menatap Anya tajam."“Kalau kamu benar-benar tahu, tunjukin aku alamat rumah Bunga."Anya terdiam sebentar, lalu tersenyum miring sambil menyandarkan punggung ke kursi. "Alamat rumah Bunga? Aku bisa aja kasih, Kak Dion. Tapi…" Ia menekankan kata terakhir dengan nada penuh arti. "Buat apa? Kamu datang ke sana hanya untuk sakit hati. Karena percayalah, Bunga itu sudah punya tunangan. Kamu bakal ditolak mentah-mentah sama ortunya kalau nekat masuk ke kehidupannya."Aku mengepalkan tangan di atas meja, suara gemetar menahan emosi. "Aku nggak peduli, Anya. Status dia, tunangan dia, semua itu nggak penting. Aku cuma ingin ketemu. Aku cuma ingin ngomong sama dia, langsung, dari hati ke hati. Ada hal yang harus aku sampaikan sendiri, bukan lewat orang lain."Tatapan Anya berubah. Ada kilatan aneh di matanya, antara kesal, cemburu, sekaligus tidak rela. Senyumnya perlahan memudar, berganti dengan tawa kecil yang terdengar getir."Kenapa sih kamu begitu peduli sama dia, Kak?" tanyanya dengan
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-09-20 อ่านเพิ่มเติม