Semua Bab Karyawanku Suamiku: Bab 11 - Bab 20

Dara memandang diam rumah dihadapannya. Rumah itu nampak terlihat besar dan sangat begitu nyaman. Ayah dan bundanya begitu tahu desain rumah yang Dara inginkan. Tapi bukan itu yang ada di pikiran Dara saat ini. Ia malah memikirkan rumah tangganya bersama Artha kedepannya. Rumah itu sangat terlihat bagus untuk pernikahan main-main.Artha membawa koper miliknya dan Dara dengan kesusahan. "Ayo Bu masuk."Dara akhirnya masuk kedalam rumah itu bersama Artha. Mereka berdua sama-sama tak habis fikir. Ternyata didalam rumah itu sudah terdapat fasilitas lengkap sehingga mereka berdua tidak perlu memikirkan untuk mengisinya."Wah, ini rumahnya terlalu besar, Bu.""Ayah saya cuma ingin yang terbaik untuk putrinya," jawab Dara dianggukan oleh Artha.Artha berjalan kesana kemari melihat kondisi didalam rumah tersebut. Terdapat dapur yang cukup luas, terdapat empat kamar tidur, tiga kamar utama dan satu kamar pembantu. Sungguh rumah itu tidak pantas dihuni jika hanya untuk dua orang saja."Kita sat

Artha duduk termenung di ruang tamu. Meskipun televisi menyala tapi tatapan dia begitu sangat kosong. Rumah dalam keadaan sepi, Dara belum pulang seusai bekerja karena ia pulang bersama Erick.Entahlah selama mereka pindah rumah, Dara memang sering sekali pergi berkeliaran diluar rumah bersama mantan pacarnya itu. Ingin menegur pun rasanya tidak pantas karena Artha bukan suami yang Dara cintai.Ding...dong...Lamunan Artha buyar begitu saja. Ia langsung beranjak bangkit untuk membuka pintu karena ia pikir jika itu Dara. Dan benar saja dugaannya, ia Dara...tapi bersama Erick."Hay?" Sapa Erick.Artha tidak menggubris sapaan Erick, matanya tertuju kearah Dara yang di papah oleh Erick dalam keadaan setengah sadar."Sudah Erick. Lebih baik kamu pulang ya, hati-hati..." Dara melepaskan tangannya dari Erick lalu bergegas ingin masuk kedalam rumahnya tapi tubuhnya seketika lemas membuat Artha dengan sigap menahannya."Bawa Dara masuk, dia kebanyakan minum," ujar Erick.Tanpa menjawab perkat

Hari-hari cepat berlalu. Kehidupan Artha dan Dara bisa dibilang baik-baik saja. Pasalnya mereka tidak pernah bertengkar meskipun terkadang perbincangan mereka terdengar sengit.Artha dan Dara hidup seperti biasanya, mereka bisa dikatakan telah lulus menjadi pasangan suami istri karena perhatian yang mereka berikan satu sam lain. Dara yang rela belajar memasak demi membuat makanan untuk Artha dan Artha yang mencoba berperan sebagai suami meskipun kapasitas istrinya lebih besar dibanding dirinya.Alih-alih mereka yang saling memberikan perhatian. Kini ada Erick yang selalu berada di tengah-tengah mereka. Ia selalu mendapatkan perannya sebagai kekasih Dara. Dara pun tetap menganggap hubungan mereka serius, pasalnya mereka selalu meluangkan waktunya untuk bersama. Bahkan dibanding dengan Artha, Dara lebih berbahagia sangat lama bersama Erick."Sarapan kamu udah jadi. Maaf ya kalo gak enak. Saya ke kantor duluan ya sama Erick. Assalamualaikum.."Artha melihat punggung Dara yang perlahan hi

"Awas ada monster!"Artha kecil berjalan tidak percaya diri menuju ke kursinya seraya meremat tasnya malu karena ejekan teman satu kelasnya."Woy, Monster! Ngapain sekolah? Kamu itu bisanya cuma nyusahin orang-orang!""Pasti sebentar lagi kesurupan, deh.""Monster-monster....monster-monster!"Artha kecil terkejut saat temannya menyiram dia dengan air es berwarna merah, sehingga seragam Artha berubah menjadi warna merah basah."Pergi kamu Monster! Kamu gak pantas disini!"Artha seketika terbangun begitu saja dengan nafas tersengal-sengal, serta tubuh yang berkeringat dingin. Dadanya terasa sesak jika ia memimpikan peristiwa dulu. Ia segera menarik laci dan mengambil inhaler dan menghirupnya cukup lama.Beberapa saat ia terdiam, lalu seketika tersadar dengan kondisinya saat ini. Ia melihat tubuhnya yang bugil namun tertutup selimut. Matanya membelalak setelah mengingat beristirahat semalam."Bu Dara?" Syok Artha seketika.Artha melihat spreinya yang terdapat bercak darah. Sungguh, dia b

Artha duduk di ranjang Dara dengan gelisah. Dia begitu tidak sabar dengan hasil tersebut. Meskipun tingkat kemungkinannya sangat kecil, tapi Artha sangat berharap itu akan terjadi. Dia sangat ingin Dara benar-benar hamil anaknya.Drrtt..Drrtt..Ponsel Dara berdering diatas nakas, membuat Artha menoleh kearahnya. Dia mengernyit bingung, bukan karena seorang yang menelfon melainkan sebuah kertas yang terselip diantara buku. Kertas itu membuat Artha sangat penasaran, ia menariknya dengan menghiraukan suara dering ponsel milik Dara.Artha melihat kertas itu dengan diam. Dimana disana tercetak jelas foto usg dengan bulatan kecil yang Artha yakin adalah seorang janin.Grekk!Tak lama pintu kamar mandi terbuka, Dara keluar dengan sangat ragu. Artha beranjak bangkit menelan ludahnya, sangat tidak sabar menunggu hasilnya. Dara memberikan dua testpack itu kepada Artha."Silahkan ceraikan saya."Artha sejenak melihat kedua testpack itu yang hanya terdapat satu garis. Sedangkan dia memegang sebua