All Chapters of Karyawanku Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

Sejak pengakuan Dara yang cemburu kepada Naswa, perempuan itu setiap harinya menemani Artha bekerja di kantor, meskipun berkali-kali Artha melarangnya hanya untuk memastikan jika Artha dan Naswa tidak memiliki hubungan apapun.Selain tidak fokus bekerja, Artha juga sangat khawatir dengan kondisi Dara, apalagi kandungan Dara sudah mulai besar. Ia takut perempuan itu kelelahan.Brakk!Artha menoleh kearah Dara yang merasa kesal karena permainan balok yang ia susun terjatuh begitu saja membuatnya harus menyusun ulang lagi."Assalamualaikum."Artha dan Dara menoleh kearah Erick yang datang ke ruangan tersebut."Erick?" Ujar Dara.Artha bangkit dari duduknya menghampiri Erick. "Silahkan bawa Bu Dara pulang. Sudah satu minggu dia menemani saya bekerja, saya khawatir dengan kondisinya."Dara mengerucutkan bibirnya melirik Artha. "Saya begini juga karena kamu.""Saya sudah bilang, saya tidak berselingkuh!" Balas Artha."Jadi kamu mengusir saya?" Tanya Dara."Lebih baik Bu Dara istirahat dirum

"Wiski satu."Arlo merasa tercengang tiba-tiba atas kehadiran Artha didalam barnya seraya memesan minuman memabukan itu."Lo yakin?"Artha mengangguk. "Kenapa? Lo meremehkan gue?"Arlo menggelengkan kepalanya. "Gak ah, gue gak mau tanggung jawab kalo lo mati.""Kasih gue atau gue acak-acak bar lo?!" Geram Artha.Arlo mengernyit merasakan ada yang beda dengan Artha. Laki-laki itu lebih terlihat emosi dari biasanya dan wajah Artha sedikit lebam. "Berantem sama istri ya?"Artha menghela nafasnya kasar mencoba bersikap tenang karena Arlo juga pasti merasakan jika Artha sedang emosi."Biasanya juga kalo ada masalah ceritanya sama gue. Gak pernah sedikitpun pesan minuman mabuk. Lupa teguran ibu lo?"Artha mengangguk pelan, mulai tersadar. "kasih gue air putih biasa."Arlo sedikit tersenyum. "Nah, gitu dong. Itu baru Artha yang gue kenal. Tunggu sebentar ya."Seraya menunggu Artha mencoba menenagkan pikirannya yang masih berkecamuk. Bahkan ia melihat telapak tangannya yang terluka karena ha

Hari-hari kian berlalu, setelah Artha mengetahui semua penjelasan Erick, ia kembali percaya dengan laki-laki itu. Erick laki-laki baik, ia percaya jika Erick bisa menjaga Dara dengan baik.Artha tetap menjalani harinya seperti biasa, bekerja sebagai Direktur, membicarakan bisnisnya, dan berperan aktif menjadi seorang ayah untuk calon anaknya. Ingat, berperan aktif sebagai ayah, bukan sebagai suami Dara. Pasalnya tugas itu sudah Artha serahkan kepada Erick.Sejak Dara keluar dari rumah sakit, perempuan itu diboyong oleh orang tuanya untuk tinggal di rumah besar keluarga Jaksara. Sebenarnya Artha pun harus ikut tinggal disana, tapi Artha menolak dan lebih memilih menghuni rumahnya dan rumah Dara yang sepi.Tapi Artha juga masih ingat statusnya, ia pasti akan mampir kerumah Jaksara setelah bekerja untuk memastikan keadaan Dara baik-baik saja. Bahkan Artha juga akan siap sedia jika Dara membutuhkan sesuatu. Tapi sepertinya Dara lebih membutuhkan Erick daripada dirinya.Seperti hari ini, A

Kini kandungan Dara sudah memasuki bulan ke-enam. Dimana perutnya sudah terlihat besar, ngidamnya sudah keterlaluan, bahkan Dara juga sering mengeluh sakit pada pinggangnya. Jika bukan karena Artha yang merawatnya dengan baik, pasti Dara sudah menangis setiap malam.Perhatian Artha kepada Dara melebihi rasa cintanya kepada calon anaknya itu. Artha sama sekali tidak membiarkan Dara tergores sedikit pun. Meskipun terkadang Dara bersama Erick, tapi Artha akan terus memastikan jika istrinya itu baik-baik saja."Maaf ya Erick, Sushinya saya tolak, soalnya Bu Dara tidak boleh makan makanan mentah," ujar Artha."Iya Artha, tidak apa-apa. Saya juga salah kok, saya gak tau," ucap Erick dianggukan oleh Artha.Dara mengerucutkan bibirnya. "Padahal aku mau banget."Erick terkekeh pelan seraya mengusap rambut Dara dengan sayang. "Dengerin apa kata Artha ya sayang, demi kebaikan kamu dan Baby.""Artha selalu melarang aku makan yang aku inginkan," ucap Dara melirik Artha sinis."Semua yang Bu Dara i

Dara tidak berhenti menangis, bahkan saat ia melihat Artha diturunkan dari mobil ambulance di rumah sakit Dara menangis sangat histeris. Erick ingin menahan Dara, tapi perempuan itu menepiskan tangan Erick dan malah mengikuti Artha yang di sorong masuk keruang perawatan."Artha?" Dara terus menggenggam tangan Artha yang terasa dingin.Sungguh kondisi Artha begitu sangat mengkhawatirkan, banyak darah diseluruh tubuhnya. Meskipun suster sudah memasang selang oksigen untuk Artha, tapi laki-laki itu nampak sangat terlihat lemah."Artha saya mohon bertahanlah demi saya dan anak kamu. Artha saya mohon."Erick menarik tubuh Dara saat Artha berhasil dibawa masuk kedalam ruang darurat itu. Pintu ruangan tersebut di tutup, hanya orang penting saja yang boleh masuk untuk menangani Artha."Erick, Artha gak apa-apa kan?" Isak Dara didekapan Erick."It's oke, Artha akan baik-baik saja," tutur Erick mencoba membuat Dara tenang."Selamat malam?"Erick melihat kedatangan polisi yang menangani Artha. E