“Mama?” Suara itu membuat Jelita menoleh refleks. Seorang pria muda berjas rapi berdiri beberapa langkah dari mejanya. “Davin? Kamu di sini? Bukannya ke kantor?” tanya Jelita, masih terkejut. Matanya sempat melirik ke kanan dan kiri, mencari sosok suaminya. Barangkali mereka datang bersama. Namun Davin tidak langsung menjawab. Tatapannya tajam, mengarah pada pria yang duduk di seberang ibunya. Sejak tadi, dari kejauhan, ia melihat keduanya tampak terlalu akrab. Ada sesuatu yang membuat dadanya menegang, membuat langkahnya akhirnya mendekat. Jelita menyadari tatapan itu—dingin, waspada, nyaris protektif. Ia menarik napas pelan dan mencoba tersenyum. “Kenalin, ini adik Mama, Om Adri. Waktu Mama nikah sama Papa, Om Adri yang jadi wali nikah Mama. Kamu ingat?” Davin menoleh, seolah berusaha menggali ingatan yang tidak pernah ada. “Oh… Om Adri. Iya, Davin ingat,” ujarnya akhirnya—meski jelas itu hanya basa-basi. Wajah pria itu sama sekali tak familiar. “Saya Davin, Om. Anak
Last Updated : 2025-11-14 Read more