All Chapters of Pembungkaman Dua Gadis Nahas: Chapter 21 - Chapter 30

Pertemuan Maya dengan Radian saat di pasar membuka cerita baru. Maya merasa semuanya ini direncanakan oleh seseorang yang berusaha menyingkirkan dirinya dan Radian. Setelah selesai pembicaraan dengan Radian, Maya langsung kembali ke pasar. Dia mendapati sudah ada mak Linlin, mas Galih dan Cika di pos keamanan pasar. Mak Linlin tampak kebingungan dan menangis, sedangkan mas Galih dan Cika berusaha menenangkan ibunya. Maya tahu bahwa mereka sedang bingung mencari keberadaan Maya. Maya segera menghampiri mereka. Melihat kehadiran Maya yang tidak kurang sesuatu apapun, mereka lega dan mak Linlin langsung memeluk Maya. Cika juga langsung memeluk Maya. Mereka bertanya kemana Maya pergi, namun mas Galih menyarankan mereka untuk bertanya saat di rumah saja. Paling penting Maya sudah ketemu dan mereka harus segera pulang. Sesampainya di rumah Maya menceritakan semuanya. Di mana dia bertemu dengan Radian yang merupakan kekasih sahabatnya. Dia juga menjelaskan bagaimana teror yang dialami Ra

Bulan berganti bulan, kasus yang menimpa mendiang Janet seperti hilang ditelan bumi. Di mana yang katanya pelakunya adalah calon suaminya sendiri, belum juga ada konfirmasi lanjutan dari pihak kepolisian dan tidak ada penangkapan tersangka. “Kok, kasus ini jadinya mangkrak sih?” Tanya Galih kepada rekannya yang bernama Adi. “Entahlah. Mungkin memang sulit.” Jawab Adi. “Memang apa yang kamu denger dari kasus ini.” “Katanya calon suami mendiang bukan orang biasa, dia udah menikah sekarang.”“Maksudnya?” “Calon suaminya sekarang sudah menikah.” “Ya apa hubungannya kalau sudah menikah, kalau tersangka ya tetap tersangka dan harus ditangkap.” “Ya mana aku tahu. Aku juga sekedar denger dari rekan-rekan lainnya.” Galih dan rekan-rekannya sebagai polisi hutan memang tidak bisa melakukan banyak hal. Ada pihak yang lebih berhak melakukan penyelidikan dan penangkapan. Jadi, Galih dan rekannya hanya sekedar mengikuti kasusnya dan tidak bisa bertindak lebih jauh. Galih sebenarnya sangat p

Dunia Siska semakin berantakan, setelah dia melihat sendiri Kai sering menipunya. Apalagi Kai hanya memikirkan egonya dan tidak pernah menanyakan bagaimana kondisi Siska. Kemauannya harus Siska turuti dan hal inilah yang membuat Siska semakin muak.  Hari minggu Siska berusaha menelpon Kai. Di mana hari minggu merupakan hari libur Kai. Sayangnya handphone Kai tetap tidak aktif. Dia kemudian mengendarai mobilnya dan pergi ke hotel. Di sana Siska bertanya kepada resepsionis dan katanya Kai tidak ada di hotel. Kemudian Siska juga berkunjung ke cafe milik Kai, ternyata Kai juga tidak ada di tempat.  Akhirnya Siska memutuskan menuju rumah orang tua Kai. Sesampainya di rumah orang tua Kai, Siska meminta izin satpam untuk masuk. Siska diperbolehkan masuk,

Sore hari, Luthfi pulang kerja. Dia mengendarai motor. Sampai di lampu merah, Luthfi melihat ada mobil warna putih di belakangnya, mobil itu tidak ada plat nomornya. Luthfi berpikir mobil tersebut adalah mobil baru beli. Setelah lampu hijau, Luthfi melajukan kendaraannya. Namun, mobil putih tersebut terus mengikuti Luthfi. Untuk memastikan, Luthfi mengambil persimpangan lain dan mobil itu terus mengikutinya. Merasa diikuti, Luthfi akhirnya mencoba berhenti di pom bensin. Setelah Luthfi amati, ternyata mobil itu juga berhenti tidak jauh dari pom bensin tersebut. “Kenapa mobil itu ngikutin gue terus? Nggak mungkin itu hanya perasaan gue saja.” Kata Luthfi dalam hati. Waktu itu Luthfi belum mendengar kabar kalau Ratih kecelakaan. Memang orang rumah tidak memberikan kabar apapun sebelum Luthfi pulang kerja. Karena Luthfi punya perasaan tidak enak, setelah selesai antre isi bensin, dia akhirnya mencoba parkir di depan minimarket pom dan masuk untuk membeli sesuatu. Cukup lama memil

Luthfi sampai di rumah menjelang magrib. Dia melihat ada motor parkir di halaman rumah yang asing baginya. Kemudian Dia memarkirkan motor di garasi rumah dan memberi salam masuk rumah. Dia kaget melihat papa, mama, Ratih, dan Galih ada di ruang tamu. “Loh, mas Galih. Sedang apa disini mas?” Luthfi keheranan. “Kak kamu duduk dulu deh. Nanti biar aku ceritain.” Kata Ratih. Luthfi kemudian duduk disamping papa dan mama. “Ini ada apa sih?” Tanya Luthfi yang keheranan. “Loh Ratih, kenapa sama kakimu kok lecet-lecet seperti itu?” Luthfi kaget melihat kaki adiknya. Dia langsung mendekat memastikan kondisi Ratih. “Mas, aku tadi mau ditabrak sama orang tidak dikenal. Untung banyak yang nolongin aku, salah satunya mas Galih. Dia yang nganterin aku pulang. Motor aku ada di bengkel sekalian aku benahi.” Jelas Ratih. “Kok bisa? Yang nabrak kamu nggak tanggung jawab?” “Kayaknya memang dia sengaja mau nabrak aku mas. Soalnya mobil itu awalnya diam saja, setelah melihat aku keluar pom bensin l