All Chapters of Wanita ketiga Duda Kaya: Chapter 21 - Chapter 30

Semakin lama, Rain semakin banyak mengenal Dania, mulai dari kepribadiannya yang lumayan mengerti agama dan suka berhemat. Masalahnya yang belum usai dan keluarga besarnya yang tidak mata duitan. Dania kembali ke kursinya dengan membawa sepiring makanan. Ia celingukan mencari Feni. "Di mana temanku?" tanya Dania sambil mengambil Erlangga agar Rain bisa makan. "Orang seperti itu kamu anggap teman?" ucap Rain. "Maksudku teman kuliah saja, Pak. Apa dia sudah pergi?" "Aku mengusirnya," ucap Rain dengan tampang tidak bersalah. "Oh ya?" Dania kaget. "Aku hanya bercanda, dia pulang karena ibunya memanggilnya." "Oh." Dania lega mendengarnya, ia tidak suka mencari gara-gara dengan Feni yang ratu ember itu. Rain makan sementara Dania hanya termenung memikirkan kata-kata Feni, sebenarnya apa yang ia lakukan dengan Fahri? Dan malam itu malam yang kapan? "Kamu tidak makan?" tanya Rain, membuat Dania menoleh sambil menggeleng dan berkata, "Aku tidak lapar, Pak." Rain mangg

Server tiba-tiba berhenti beroperasi sehingga para distributor dan costumer protes karena tidak bisa mengirim data ataupun bertransaksi secara virtual. Untungnya Rain memiliki keterampilan di bidang IT sehingga ia bisa ikut membantu tim IT lainnya untuk mengatasi permasalahan, akhirnya server kembali normal walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama karena kerusakannya ternyata disengaja oleh pihak lain. Rain kembali ke ruangannya setelah semuanya benar-benar beres, saat ia masuk, ia hanya menemukan Erlangga yang sedang tertidur di atas tempat tidur, ia bisa menebak keberadaan Dania setelah mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Sembari menunggu, ia membaringkan tubuhnya di atas sofa untuk meluruskan tulang-tulangnya yang sudah terlalu lama ia gunakan untuk duduk. Tidak berselang berapa lama, Dania keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk setinggi paha. Apalagi yang dipikirkan seorang laki-laki jika disuguhi pemandangan seperti itu tepat ketika anak seda

Tujuh bulan kemudian. Belum ada yang berubah dengan hubungan pernikahan Rain dan Dania, masih seperti biasa, kehidupannya cuma di seputaran mengurus Erlangga, mengobrol seperlunya dan bercinta jika Rain membutuhkannya. Hanya Dania yang kadang-kadang berdebar tidak karuan karena perlakuan Rain. Bahkan ia kadang merasa rindu saat Rain dinas keluar kota. Selain itu, pertumbuhan Erlangga juga terlihat sangat menyegarkan mata, bayi itu sudah bisa bergerak lebih aktif seperti merangkak, duduk sendiri tanpa bantuan, dan menarik diri untuk berdiri sambil berpegangan. Ia juga sudah bisa mengambil benda kecil dengan jari, mulai mengucapkan kata-kata sederhana seperti "mama" atau "papa", dan merespon interaksi dengan mengangguk, menggeleng, atau menunjukkan emosi. Dania sudah tidak terlalu repot memberikan ASI setiap saat karena Erlangga sudah bisa makan makanan pendamping ASI, karena itu ia juga sudah bisa bepergian tanpa Erlangga. Dan ada Rena yang bertugas mengurus segala keperlua

Dania dan Fahri akhirnya bisa mengobrol dengan serius, mereka memilih meja paling pojok. Sebelum memulai, Dania sempat menoleh sebentar ke arah Rain dengan perasaan canggung kemudian beralih melihat ke arah Fahri yang cukup santai. Dania baru sadar, ternyata pakaian Fahri berbeda dari pelayan lainnya, ia juga sedikit heran bagaimana bisa ia mengganggu waktu seorang karyawan karena itu ia berkata, "Maaf, apakah aku mengganggu waktumu?" "Tidak masalah, aku adalah bosnya," ucap Fahri. Dania tiba-tiba teringat, Kata-kata itu sering diucapkan juga oleh Rain. Apa semua laki-laki merasa mereka adalah bos di dunia ini. "Restoran ini milik keluargaku, sebelum mewarisinya aku perlu melakukan pengenalan terlebih dulu, baik bangunan, sistem maupun orang-orang yang terlibat, jadi kadang-kadang aku menjadi pelayan, koki, dan lainnya." Fahri sengaja menjelaskan sebagai basa-basi saja. Dania manggut-manggut, ia cukup mengenal Fahri, ia tahu Fahri keturunan orang kaya meski tidak sekay

Dania mendekat pada Rain untuk menyalami tangannya begitu mereka selesai shalat. Rain ingin memberi kecupan tapi ragu, pada akhirnya Rain berbalik tanpa melakukan apa-apa. Suara ketukan membuat keduanya melihat ke arah pintu. Dania berdiri untuk membukanya. "Ada apa, Mbak Ren?" tanya Dania begitu melihat Rena. Rena tidak langsung menjawab, ia mengintip ke dalam kamar dan tersenyum dikulum melihat penampilan keduanya, ia sudah biasa melihat Dania memakai pakaian sholat, tapi Rain, ia baru kali ini melihatnya memakai peci, ia bahkan tidak tau kalau Rain memiliki benda itu. "Habis sholat jamaah berdua?" bisik Rena. "Iya, Mbak." Jawab Dania. "Wah, Sepertinya wanita yang menganggap dirinya wanita ketiga ini berhasil mengubah duda kaya menjadi lebih baik," goda Rena. "Ada-ada saja kamu, Mbak." "Siapa?" seru Rain, ia berdiri untuk melihat, sedang Dania pergi mengganti mukenanya terlebih dahulu. "Rena, Pak." Balas Rena. "Ada apa?" tanya Rain. "Aduh! Maaf, Pak. Ja