Suara pintu besi berderit keras ketika didorong terbuka dari luar. Beberapa penjaga masuk bergegas, senjata teracung. Dari lorong, langkah sepatu bot semakin mendekat—berat, tegas, penuh dengan wibawa.Ravika mengenali irama langkah itu. Gilang.“Keluar, Ravika!” suara Gilang bergema di dalam gudang. Dingin, tapi penuh dengan keyakinan. “Aku tahu kau ada di sini. Jangan kira kau bisa sembunyi dari Bayu selamanya,cepat atau lambat kau akan ditemukan juga.”Arven menegang, tubuhnya bergetar. Ravika meraih pundaknya, menunduk mendekati telinganya. “Jangan bergerak sampai aku bilang. Paham?”Arven mengangguk cepat, meski wajahnya pucat.Darman, di sisi lain, sudah menyiapkan pistol dengan peredam. Matanya tajam, penuh kalkulasi. “Mereka pasti tahu jalur masuk kita. Kita harus keluar dengan cara lain.”Tapi sebelum Ravika sempat menjawab, lampu-lampu gudang mendadak menyala terang. Sinar putih menyilaukan membuat mereka bertiga refleks menunduk. Kini, tidak ada lagi kegelapan untuk bersemb
Last Updated : 2025-08-31 Read more