Bus tua itu melaju semakin jauh meninggalkan kota. Jalanan mulai menyempit, berganti dengan pemandangan persawahan dan hutan kecil yang sunyi. Ravika duduk gelisah di kursinya, sesekali melirik Arven yang mencoba tidur tapi matanya tetap terbuka setengah, jelas anak itu tidak benar-benar bisa beristirahat.Suara mesin bus berderak, bercampur dengan dengung roda yang melintasi jalan berbatu. Setiap kali guncangan datang, Ravika merasa dadanya semakin sesak. Ia tahu perjalanan ini bukan sekadar mencari seseorang—ini adalah perjalanan kembali ke masa lalu yang selama ini berusaha ia kubur.“Bu,” suara Arven memecah keheningan. “Apa menurut Ibu, orang ini… Darman, masih bisa dipercaya?”Ravika terdiam beberapa saat, menatap keluar jendela di mana pepohonan berbaris gelap di bawah langit mendung. “Aku tidak tahu, Ven. Dulu dia melawan Bayu. Tapi dunia Bayu tidak mengenal kata ‘pensiun’. Sekali kau keluar, hanya ada dua pilihan: mati… atau bersembunyi.”Arven menggenggam erat tas kecil di p
Terakhir Diperbarui : 2025-08-23 Baca selengkapnya