Kabut turun begitu tiba-tiba, seperti tirai tebal yang dijatuhkan dari langit. Satu detik mereka masih berjalan di jalur setapak berbatu, detik berikutnya semua hilang pohon, tanah, bahkan siluet teman-teman mereka. “Ratna?” panggil Raka, suaranya nyaris tak terdengar di tengah keheningan pekat. Tak ada jawaban. Batu merah di tangannya berdenyut, tapi kali ini tidak hangat dingin, seperti es. Ia menatap sekeliling, dan baru menyadari bahwa kabut itu bergerak, membentuk dinding-dinding tipis yang melengkung, menyempit, lalu membuka lagi. Sebuah labirin. --- Langkah Raka bergema aneh, seakan tanah di bawahnya bukan lagi tanah, melainkan ruang kosong yang menelan suara. Ia mencoba mengingat arah terakhir sebelum kabut turun, tapi setiap belokan terasa sama. Dari kejauhan, terdengar suara Ratna memanggil, “Raka… tolong!” Ia berlari ke arah suara itu, melewati dinding kabut yang bergelombang seperti air. Tapi setiap kali ia hampir sampai, suara itu menjauh, berpindah arah. “Jangan
Last Updated : 2025-09-24 Read more