Tari teringat betapa dulu, di ruang makan atau di kamar, Bumi selalu bicara tentang cerita dan makna — tentang orang-orang kecil, jalan setapak, suara yang nyaris tak terdengar siapa pun. Namun, ia tak pernah mendengarkan itu dan selalu meremehkannya, karena baginya saat itu, hidup itu butuh rupiah dan lauk di meja, bukan cerita dan makna.Perlahan Tari menarik napas. Di sampingnya, Nayara sudah tidur — pipinya hangat menempel di lengan Tari. Tari menggulir layar ke atas, membuka foto Radit di galeri: foto keluarga, potret Radit di depan proyek barunya, di ruang meeting, di bandara. Semuanya rapi — setelan jas, senyum profesional, ponsel yang tak pernah jauh.Berbeda dengan Bumi, Radit tak pernah bicara soal makna. Yang ada hanya proyek, uang, dan relasi. “Kontraknya berapa? Mark up-nya sudah pasti?” Radit selalu tahu cara memegang proyek, menekan orang untuk menepati janji, memoles angka.Tari menutup galeri, kembali ke feed
Last Updated : 2025-10-04 Read more