Malam itu, Tari duduk bersandar di sisi ranjang, menatap langit-langit kamar dengan lampu temaram. Di sampingnya, Nayara terlelap pulas, pipinya masih lembap sisa air susu. Nafas kecil bayi itu teratur, mengisi sunyi yang kadang menyesakkan.Raditya belum pulang. Sudah jam sebelas lewat, tapi Tari sudah hapal polanya — proyek baru, anggaran segar, Raditya akan pulang menjelang subuh atau mungkin esoknya. Di kepalanya, terngiang ucapan salah satu istri teman sejawat Raditya di sebuah arisan dulu:"Kalau anggaran sedang longgar, burung suami biasanya nggak betah di kandang... yo rapopo, sing penting balik tetep utuh manuke."Tari menggigit bibirnya pelan. Ia berusaha menepis. Raditya bukan mereka. Raditya suaminya — pria yang dulu menjemputnya dari luka, memberinya rumah megah, nama yang terhormat, hidup yang berkecukupan. Tak ada yang salah, batinnya berbisik.Sepi? Ya, kadang sepi menempel di dinding ru
Last Updated : 2025-10-02 Read more