Mereka berempat akhirnya mulai makan malam. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya keemasan yang hangat, membuat suasana restoran tampak elegan. Irene duduk anggun, Neil tenang menyendok sup, sementara Axel berbicara lantang seperti sedang pidato di hadapan dewan direksi.“Kau tahu, Irene,” kata Axel sambil mengibaskan tangan penuh percaya diri, “sejak aku jadi CEO di perusahaan ayahku, pertumbuhan saham melonjak. Semua keputusan aku yang ambil. Banyak investor kagum pada langkah-langkahku.”Irene tersenyum sopan, mengangguk kecil. “Wah, luar biasa sekali.”Neil tidak berkomentar. Ia hanya mendengarkan sambil memotong daging steaknya dengan perlahan, ekspresi wajahnya tetap tenang, tanpa menunjukkan antusiasme maupun kebosanan.Sementara itu, Lena duduk diam. Garpu dan pisaunya hanya digerakkan di atas piring, seolah makanan di hadapannya hanyalah dekorasi. Matanya sesekali melirik ke arah Axel dengan jengkel. Dasar narsis. Bicara besar terus, seakan semua ini berkat dia seorang.Ti
Last Updated : 2025-09-27 Read more