"Apa?!" Suara Lena meninggi, tajam dan penuh amarah. Ia duduk kaku di kursinya, menatap tajam ke arah Niel yang duduk tepat di depannya, sama sekali tidak terganggu. Niel bersandar santai di bangku kayu ruang makan, kedua tangannya terlipat di dada, ekspresinya sulit terbaca. "Apanya yang… apa?" balasnya tenang. Lena berdiri, menempelkan kedua telapak tangan di meja, lalu mencondongkan tubuhnya. "Kenapa kau bilang ke Nenek kalau kau suamiku?!" "Anggap saja… itu sebuah harapan," jawab Niel datar, dengan senyum tipis di ujung bibir. "Harapan?" Lena menyipitkan mata. "Maksudmu apa?" "Mungkin suatu hari… kita akan menikah." Ucapannya terdengar ringan, seolah hanya bercanda, tapi di telinga Lena terasa seperti batu besar yang jatuh. "Tuan Niel River, asal kau tahu saja—" Lena menunjuk dirinya, "—aku ini sudah menikah!" "Aku tahu," balasnya tanpa ragu sedikit pun. Lena terdiam. "Kau… tahu aku sudah menikah? Lalu kenapa—" "Dan aku tetap akan merebutmu dari suamimu," potong Niel
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-08-27 อ่านเพิ่มเติม