Logika dan bibirnya masih meragu. Namun tubuhnya tidak bisa berbohong lagi. Rasa rindu sebesar gunung itu mampu mengoyak nalarnya. Perlahan … Laras duduk di pangkuan Dirga, saling berhadapan. Pusat gairahnya sudah basah, memudahkan ia mencengkeram milik pria itu sepenuhnya. Mereka sama-sama melempar senyuman nakal. “Uh … licin, Sayang. Lembut sekali,” lenguh Dirga, matanya setengah terpejam. Inti gadisnya lebih hangat dan sempit, membuat bukti gairahnya berkedut. “Kamu pintar merawatnya, Sayang,” racaunya lagi. Dengan berani, gadis itu menyahut, “Saya rawat supaya Dokter tetap ketagihan.” Erangan Dirga tertahan, sudut bibirnya menekuk kecil. Suara serak basahnya menggoda saat membalas, “Kamu bikin saya gila, Laras. Dan saya nggak mau berbagi kamu sama siapa pun.” Dokter Tampan tidak peduli, meskipun sang kekasih di atas pangkuannya ini adalah menantu sendiri. Dirga tidak rela Ra
Last Updated : 2025-09-26 Read more