Biya mengecup pelan sudut bibir Bagas - hanya sekejap, seperti sebuah kesalahan yang tak sempat dipikirkan. Udara di antara mereka seketika membeku. Bagas mematung dengan sorot mata campur aduk, kaget, ingin, sekaligus marah pada dirinya sendiri.“Biya,” suaranya serak, hampir seperti peringatan.Tapi Biya hanya menunduk, wajahnya memerah, napasnya tak beraturan. “M-maaf, aku nggak tahu kenapa,” Ia berusaha melepaskan diri, tapi Bagas menahannya, lembut tapi tegas.“Bukan kamu yang salah,” ujarnya lirih.Ada nada berat di suaranya, nyaris menyakitkan. Mereka terdiam lama hanya suara hujan, desahan adegan di tv dan detak jantung yang masih saling bersahutan.Biya menunduk, jari-jarinya saling meremas di pangkuan. Rasa bersalah dan bingung berbaur jadi satu. Ia bisa merasakan udara di sekitarnya berubah lebih berat, lebih sunyi, seolah ruangan itu menelan setiap napas mereka.Bagas menegakkan punggungnya, pandangannya kosong menatap layar televisi yang masih menayangkan adegan cinta yan
Last Updated : 2025-10-14 Read more