“Megan?” Suara Anne bergetar, setengah tak percaya.Tubuh Anne masih mematung. Jantungnya berdegup tak terkendali. Matanya tak bisa lepas dari sosok yang kini berdiri hanya beberapa langkah di depannya. Asap senjata masih mengepul dari pistol yang baru saja meledak. Bau mesiu bercampur dengan anyir darah memenuhi udara.Wanita itu menunduk, lalu memajukan topi hitamnya hingga wajahnya sebagian tertutup bayangan. Tatapannya tajam, dingin, dan asing. Ia sama sekali jauh berbeda dari Megan yang dulu. Megan teman satu kosnya yang dulu selalu hangat, suka bercanda, dan setia mendengarkan setiap keluh kesahnya.“Pergilah, Anne!” suara Megan lirih, tapi tegas. Sangat jauh berbeda dengan Megan yang lembut, humoris, dan terkesan kekanakan.“Di luar sudah ada taksi yang menunggumu. Jangan buang waktu!” lanjut gadis itu lagi.Anne melangkah maju, dan mencoba menggenggam tangan Megan. Tetapi Megan cepat-cepat mundur dan menjauhkan tangannya dari Anne.“Tunggu! Megan, kenapa kamu ada di sini? Apa
Terakhir Diperbarui : 2025-09-20 Baca selengkapnya