Luki keluar dari kamar rawat dengan langkah pelan. Pintu ditutupnya perlahan agar tidak mengganggu Annisa yang mulai tenang. Di luar, Rizal langsung berdiri, wajahnya tampak letih tapi juga cemas.> “Gimana, Luk? Dia sempat ngomong sesuatu nggak? Ada petunjuk siapa yang ngelakuin?” tanya Rizal cepat, suaranya agak bergetar.Luki menatap lantai sejenak, menarik napas panjang.“Belum, Nisanya masih syok banget. Cuma nangis aja,” jawabnya datar.Rizal mengangguk pelan, wajahnya menunduk. Hening sesaat, hanya terdengar langkah perawat yang lewat di lorong.“Gue ngerasa bersalah, Luk,” ucap Rizal pelan. “Harusnya gue nggak telat, harusnya gue nyamperin dia lebih cepet.”Luki menatapnya sejenak, lalu menepuk pundak Rizal. “Udah, nggak usah nyalahin diri lo terus. Sekarang yang penting Annisa aman dulu.”Rizal hanya mengangguk tanpa suara. Wajahnya benar-benar menyesal.“Lo pulang aja, Zal. Gue juga mau balik. Besok kita ke sini lagi,” kata Luki berdiri.“Gue tunggu orang tuanya datang dulu
Last Updated : 2025-10-10 Read more