Malam itu, Danu duduk di ruang keluarga rumahnya. Badannya bersandar ke sofa, kedua tangannya saling mengait, sementara pandangannya kosong menatap lantai. Di kepalanya masih terngiang kalimat terakhir yang ia ucapkan di kantor siang tadi, surat pengunduran diri. Itu adalah satu keputusan besar yang akhirnya benar-benar ia ambil. Endang keluar dari dapur sambil membawa dua gelas teh hangat. Ia meletakkannya di meja kecil di depan Danu, lalu duduk di seberangnya. Sejak tadi, ia memperhatikan anak laki-lakinya itu dengan perasaan campur aduk, bangga, khawatir, sekaligus penuh harap. “Minum dulu,” kata Endang pelan. Danu mengangguk, meraih gelasnya, lalu menghela napas panjang sebelum menyesap teh itu. “Ma… Senin nanti aku resmi jadi pengangguran,” ucapnya, mencoba bercanda, tetapi suaranya tetap terdengar berat. Endan
Terakhir Diperbarui : 2025-12-27 Baca selengkapnya