Kalimat Aleza barusan membuat Alea menoleh. Matanya masih sembab, wajahnya pucat, kan tetapi ia tetap diam. Tidak ada jawaban, tidak ada pembelaan, hanya tatapan kosong yang kembali ia buang.Aleza mengerutkan kening, geram. “Kenapa diam?!” Aku akan puas jika melihatmu mati sekarang!” bentaknya, suaranya meninggi, nyaris mengguncang kamar. Aleza mendekat, tangannya meraih rambut Alea dengan kasar, menekan kepala adiknya ke belakang sedikit. “Sudah cukup dramanya! Aku muak melihatmu seperti korban.” Menyeringai tipis. “Menangis, lemas lalu pingsan. Drama queen banget.” “Sa-sakit, Aleza,” lirih Alea. Ia memegang tangan Aleza mencoba untuk melepas dari rambutnya. “Kau terus-terusan menuding Javier sebagai ayah dari janinmu.”Alea menelan ludah, tubuhnya menegang. Ia tahu tidak ada gunanya melawan. Suaranya pelan, nyaris berbisik, “Dia … memang ayah anakku .…”Aleza menatap tajam, matanya seolah bisa menembus jiwa Alea. “Oh, ya? Kenapa aku tidak percaya? Jangan-jangan kau tidur denga
Last Updated : 2025-10-03 Read more