Conan tidak lagi memperhatikan Arlo. Dia hanya menoleh ke Santoso dengan senyum sinis. "Pak Santoso, makin lama kamu makin mundur ya. Segala macam penipu pun kamu anggap orang hebat?"Santoso menoleh ke Arlo dengan wajah canggung, sementara pemuda itu tetap tampak tenang. Dia teringat, sebelum Arlo mengobati Maulana, pemuda ini juga pernah berkata bahwa kemampuan pengobatannya bahkan lebih hebat daripada menilai barang antik. Saat itu, wajahnya juga setenang ini. Kalau dipikir-pikir kembali, meski baru dua kali bertemu Arlo, ucapan Arlo selalu tepat sasaran setiap kali."Conan, meski kita ini ateis, dengar saja dulu nggak ada ruginya, 'kan!"Arlo berpikir sejenak, lalu bertanya, "Pak Conan, akhir-akhir ini kamu pernah pergi ke pemakaman atau menghadiri pemakaman, atau mungkin saat investigasi pernah menyentuh jenazah dengan tanganmu?""Nggak pernah."Raut wajah Conan seketika menampakkan ketidaksabaran.Arlo sedikit mengernyit. Tangan bisa menyentuh terlalu banyak benda, sulit untuk me
Magbasa pa