Aqila semakin berjalan dengan langkah cepat menuju pintu masuk café. Ia tidak sabar untuk melihat wajah wanita yang sudah membuat Fahmi benar-benar meninggalkannya, yang membuat Fahmi tidak lagi bisa ia kontrol.Meskipun pandangannya terhalang, ia hanya bisa melihat punggung wanita itu (Rina) yang membelakangi kaca. Namun, ia bisa melihat jelas wajah bahagia Fahmi. Suaminya itu sedang mengobrol dan diselingi tawa lepas, tawa yang natural, tawa yang sudah lama tidak pernah terlihat.Kebahagiaan Fahmi yang begitu nyata membuat hati Aqila mendidih. Kesal dan sangat cemburu.Kekey, yang digandeng erat oleh Aqila, mulai merasa penasaran. "Mana Papa, Ma?" tanyanya, suaranya lirih."Ada, itu," jawab Aqila cepat, tanpa menunjuk ke arah Fahmi.Namun, secara naluriah, netra Kekey tertuju pada jendela kaca besar yang ada di depan mereka. Anak itu mengenali sosok Papanya."Papa!" teriak Kekey, suaranya sedikit melengking karena gembira.Aqila langsung menegur, "Ssst! Jangan panggil, Sayang. Kita
Last Updated : 2025-12-15 Read more