Rina berdiri di balkon, bersandar pada pagar besi yang terasa dingin. Ia memegang ponselnya erat-erat. Di layar, wajah Fahmi terlihat jelas, meski pencahayaannya remang-remang karena ia berada di beranda yang gelap."Fahmi ...," bisik Rina lagi, suaranya tercekat karena campuran rasa takut, rindu, dan gembira. Ia menatap lekat-lekat netra Fahmi di layar, mencari kehangatan di tengah malam yang dingin.Wajah Fahmi sedikit tegang. Ia khawatir panggilannya terdeteksi oleh Ervan atau bahkan Aqila."Rina? Apa suaraku terdengar?" tanya Fahmi, suaranya sangat pelan, hampir seperti desahan. Ia membetulkan posisi earphone yang ia kenakan."Terdengar, Mi. Jelas sekali. Kamu hati-hati ya, bicara jangan keras-keras," jawab Rina, pandangannya sesekali melirik ke arah pintu geser kamar."Aku merindukanmu," ujar Fahmi tanpa basa-basi, tatapannya melembut. "Aku benci melihatmu tidak ada di sampingku."Rina merasakan hatinya mencair. "Aku juga merindukanmu, Fahmi. Aku benci menghabiskan hari tanpa kam
Last Updated : 2025-12-09 Read more