Sabtu malam tiba dengan suasana yang terasa berbeda bagi Ardi. Seharusnya ia senang—malam santai, tanpa beban kantor, ditemani istrinya yang selalu setia. Namun, kali ini ada hal lain yang membuat dadanya sesak: Nisa telah mengundang Rani untuk makan malam bersama.Sejak sore, Nisa tampak sibuk di dapur. Bau masakan memenuhi rumah, wangi tumisan dan ayam panggang bercampur jadi satu. Ardi duduk di ruang tamu, pura-pura membaca koran, padahal pikirannya penuh kecemasan.“Mas, coba nanti jangan terlalu kaku, ya,” kata Nisa sambil keluar dari dapur, rambutnya sedikit berantakan tapi wajahnya berseri. “Aku pengin suasananya kayak dulu lagi, waktu aku sama Rani masih sering nongkrong bareng. Nostalgia gitu, lho.”Ardi hanya mengangguk. Senyumnya tipis, lebih sebagai topeng daripada ketulusan.Tepat pukul tujuh, bel rumah berbunyi. Nisa bergegas menyambut, sementara jantung Ardi berdegup keras. Saat pintu terbuka, di sana berdiri Rani dengan gaun sederhana berwarna krem, rambut tergerai rap
Huling Na-update : 2025-09-15 Magbasa pa