“Mati?” suara Dirian meninggi, tubuhnya bangkit dari tempat tidur. Tatapannya tajam, nyaris menusuk. “Jangan bicara omong kosong,” tambahnya, lalu berdiri, bersiap menghadapi hari yang panjang.“Aku juga pasti akan mati,” ucap Selene lirih, tapi tegas.Dirian menoleh, sorot matanya menancap ke wajah istrinya. “Kaupun akan mati… kalau waktunya tiba,” Selene melanjutkan, tetap tenang.Keheningan menebal. Dirian diam, pikirannya berputar, tak tahu harus berkata apa.“Aku hanya ingin tahu,” suara Selene pelan, namun penuh getaran, “bagaimana perasaanmu… jika aku tiada?”Dirian menghela napas, menepis beban yang tak ingin ia hadapi. “Jangan bicarakan hal yang tidak masuk akal,” ucapnya dingin, lalu masuk ke ruang mandi.Selene tetap berbaring, aroma khas suaminya memenuhi udara, menenangkan sekaligus menusuk hatinya. Tanpa sadar, ia kembali terlelap.Saat matahari sudah tinggi, Selene terbangun, tubuhnya lelah dan remuk setelah malam yang panjang. Ia bangkit, merapikan sedikit kamarnya—t
最終更新日 : 2025-09-28 続きを読む