/ Romansa / Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai! / 11. Maniak mesum dan Gila

공유

11. Maniak mesum dan Gila

작가: Raisaa
last update 최신 업데이트: 2025-09-26 08:01:16

Puas?

Selene tidak pernah tidak terpuaskan, bahkan tidak pernah memikirkan lelaki lain karena Dirian yang selalu mendominasinya . Dimana letak ketidakpuasannya ketika dia harus mengimbangi hasrat suaminya?

Dirian memiliki libido yang tinggi sehingga tidak pernah puas bahkan dengan tiga kali permainan. Apalagi mereka memiliki jadwal malam intim sehingga tidak melakukanya setiap hari, itu menyebabkan tingkat kemesumannya bisa tinggi jika malam intim seperti ini. 

Pernah sekali ketika mereka bersama pergi kewilayah utara dimana disana adalah wilayah kekuasaan Dirian yang dipegang oleh nenek dan ibunya serta beberapa orang kepercayaannya. Selama satu bulan disana setiap malam Dirian tidak membiarkan dia tidur dan terus menggagahinya sampai dia hampir keguguran. Itu adalah kehamilan pertamanya dan tentu saja setelah itu dia benar benar keguguran hanya karena suaminya tidak membiarkan dia hamil benihnya. Miris !

Mereka kembali ke ruang tidur. Dirian membaringkan Selene di atas ranjang besar itu, Untuk sesaat, ia hanya menatap wajah istrinya yang pucat namun masih bersinar.

“Apakah aku terlalu keras? Kau kesakitan?” tanyanya, nada suaranya sedikit khawatir. Dalam benaknya, ia masih teringat Selene baru saja keguguran.

“Aku tidak masalah,” jawab Selene pelan, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Namun Dirian dengan mudah menarik selimut itu kembali dan membuat tubuh polos Selene terlihat sempurna diranjang dengan seprei berwarna hitam itu. Kulit putih Selene membuatnya seolah menjadi pusat perhatian ditengah kegelapan, dia seperti cahaya yang bersinar disana. 

“Dirian…” panggil Selene, suaranya lemah.

“Apa? Aku belum selesai.”

Selene terdiam, matanya melebar. Ia benar-benar mengira Dirian sudah puas—apa yang terjadi di ruang mandi tadi berlangsung cukup lama, hingga ia merasa tubuhnya tak lagi sanggup. Tapi ternyata, lelaki itu masih belum ingin melepaskannya?

Selene tidak menyangka.

Dirian menaiki ranjang, tubuhnya menindih Selene tanpa memberi ruang. Bibirnya kembali melumat bibir istrinya, dalam, rakus, seakan ia tak ingin berhenti. Tangannya mengeksplor setiap lekuk tubuh Selene tanpa ragu, seolah ingin mengukir jejaknya di sana.

"Pelan pelan saja, " pinta Selene.

"Mana bisa!" protesnya menarik tangan Selene dan menekannya diatas kepala Selene seolah dia adalah tawanan.

"Apa kau seperti ini juga pada kekasihmu?" tanya Selene yakin dia pasti lebih buas jika bersama orang yang dia cintai.

"Kekasih apa?" tanya Dirian. 

Selene hampir tidak bisa mengatupkan bibirnya. 

"Viviene!" sahut Selene tidak ingin menutupinya setelah dia sempat terkejut dengan jawaba Dirian barusan.

"Mana ada!" sahut Dirian menunduk dan melumat habis bibir Selene.

Otak Selene hampir tidak bisa mencerna ucapan Dirian, namun detik berikutnya dia sudah tidak bisa berpikir karena ciuman Dirian kembali turun keleher dan juga da danya yang sintal itu. 

"Mmhhh." suara Selene tercekat saat Dirian mencium perut hingga kebagian bawah perutnya. 

Mata Selene melebar saat merasakan lidah Dirian yang menyentuh milik pribadinya itu. Sungguh Selene tidak kuat lagi hingga menggeliat namun Dirian menekan kakinya dengan kuat . 

"Hentikan!" pinta Selene dengan wajah memerah dan matanya berair.

Dirian tidak perduli karena mau apapun yang dia katakan nyatanya tubuh Selene jauh lebih jujur dari pada bibirnya yang memintanya berhenti.

"Uuuuggghhh!" Selene menegang saat merasakan sensai hebat yang  bergejolak didalam dirinya.

"Istiriku benar benar tidak tahu malu!" ejek Dirian mengusap bibirnya. 

Selene menatapnya dengan wajah memerah, apakah hanya dia wanita didunia ini yang bernai mengotori wajah duke dengan cairan milikknya? Viviene mungkin akan membunuhnya jika dia melihat lelaki yang dia cintai terlihat puas hanya karena melihat istrinya yang dimabuk hasrat dibawahnya itu.

"bangun!" pinta Dirian. 

Selene bangkit dan merangkak kearah depan Dirian , melihat benda lonjong dan besar milik Dirian. Benda yang tentu saja menjadi kebanggaan dari lelaki itu.

Hap!

Selene melahapnya 

"Sial! kau benar benar sangat pintar!" suara Dirian seperti tertahan saat miliknya masuk sepenuhnya kedalam mulut Selene. 

Selene hampir tersedak namun dia menahannya, tidak ingin membuat suaminya kecewa karena dia tahu nantinya dia akan lebih dihujam oleh hasrat oleh Dirian.

"Aku akan memberimu hadiah!" ucap Dirian menangkup dagu Selene yang dipenuhi cairannya.

Glup! 

Dirian membola menyaksikan bagaimana Selene menelannya, wajahnya tentu benar benar sangat berantakan karena dipenuhi cairan putih itu namun melihat dia menelan dengan wajah seperti ini membuat Dirian gila.

Dirian mendorongnya langsung dan membuat Selene terkejut apalagi saat Dirian kembali menindih tubuhnya itu. Dengan kasar Dirian melebarkan kaki Selene dan memasukkan miliknya pada bagian paling intim milik Selene yang sudah basah.

Dan ketika akhirnya ia kembali masuk ke dalam tubuh istrinya, Selene hanya bisa terperangah. kali ini gerakan Dirian lebih liar seolah memborbardir dirinya dengan peluru penuh. Selene meremas seprai, mencoba menahan erangan yang keluar tanpa bisa ia cegah. Dirian tampak tak pernah puas, gerakannya penuh nafsu dan obsesi. Ia memperlakukannya seakan Selene adalah candu, satu-satunya sumber kepuasan yang ia butuhkan.

"teriak saja, jangan ditahan!" ucap Dirian menyeringai.

Selene menahanya, namun karena Dirian bergerak dengan cepat membuat erangan itu lolos dari mulutnya dengan tak tahu malu.

Dirian menyeringai, sungguh dia paling suka saat Selene seperti sekarang, kacau dan berantakan seolah bukan Selene yang biasanya dia lihat dengan begitu banyak perhitungan dan kehati hatian ketika menghadapinya. Dia paling suka membuat Selene berada dibawahnya dengan wajah hingga sekujur tubuh merah karena dipenuhi Hasrat. Selene yang sekarang terlihat begitu Liar, benar-benar istrinya yang sempurna baik itu diranjang sekalipun.

Selene bisa merasakan bagian dalam rahimnya hangat kembali dan Dirian berhenti sejenak memeluknya dengan erat.

Hah!

Hah!

Selene terengah, menatap lelaki yang sorot matanya tidak menunjukkan pengampunan itu, sorot yang masih dipenuhi oleh hasrat dan kali ini sepertinya memang jauh lebih liar lagi.

"Kau lelah?" tanyanya pelan.

Selene mengangguk sambil melihat peluh yang membanjiri wajah Dirian. 

"Sekali lagi ya?" tanyanya seolah meminta persetujuan Selene. 

Selene tidak bisa menolak, tidak pernah menolak lelaki ini seperti biasa. Dirinya sejak awal akan menuruti apapun yang diinginkan lelaki ini, secara tidak langsung dia tahu jika tubuh dan hatinya dikuasai sepenuhnya oleh Dirian.

Grep!

Bruk! 

Selene menahan tubuhnya dengan tangan diatas kasur dan tentu saja dibelakangnya Dirian menyeringai puas melihat tubuh istrinya yang  membuat gejolak hasratnya tidak bisa ditahan lagi. 

Dirian menggenggam pinggangnya dan memasukkan dengan terburu buru dirinya lagi kedalam Selene.

"Mmhhh!" Selene hampir berteriak namun tercekat apalagi saat Dirian menahan tubuhnya dengan kuat dan seolah tidak ingin membuat Selene menjauh bahkan hanya sebentar saja. 

"Maaf!" ucap Dirian pelan dikuping Selene yang memerah.

Selene tidak lagi bicara karena selanjutnya hanya erangan yang terdengar akibat gerakan keluar masuk dibawah sana yang semakin cepat dan terburu buru seakan tidak membiarkan perutnya kosong. Gerakan yang mampu membuat perutnya kosong dan penuh hanya dalam beberapa detik yang tak bisa dijeda sama sekali.

Ronde selanjutnya dimulai panas, berat, tak kenal ampun. Selene tidak bisa bergerak dan tetap menerima setiap hujaman dari belakang tubuhnya yang tetap terjebak, terperangkap dalam genggaman lelaki itu.

Selene memejamkan mata, dalam hatinya mengumpat keras: Maniak mesum dan gila!

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   14. Hanya satu hari sampai aku bebas

    Dirian benar-benar kembali sebelum makan malam, seperti janjinya. Namun bukan sendirian—ia pulang bersama Viviene, yang menempel erat di sisinya. Dari pembatas lantai dua, Selene berdiri diam. Pandangannya lurus, dingin, tetapi sorot matanya menyembunyikan riak yang tak bisa dikendalikan. Ia menyaksikan keduanya masuk ke aula besar, berjalan beriringan seolah dunia hanya milik mereka.“Dirian…” suara Viviene terdengar manja, namun penuh tekanan. Jari-jarinya mencengkeram lengan lelaki itu erat-erat, tanpa peduli tatapan puluhan pelayan yang memenuhi aula. “Ibu dan nenekmu sudah pergi. Kau masih akan mengusirku juga?”Gema suaranya memantul di dinding tinggi aula, membuat suasana menegang. Biasanya, Viviene dan Dirian cukup berhati-hati menjaga kedekatan mereka di hadapan Selene. Tapi hari ini? Se

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   13. Dirian aneh

    “Mati?” suara Dirian meninggi, tubuhnya bangkit dari pembaringan. Tatapannya tajam, nyaris menusuk.“Jangan bicara omong kosong,” sambungnya, lalu berdiri. Ia harus membersihkan diri—masih banyak hal menantinya.“Aku juga pasti akan mati,” ucap Selene lirih, tapi penuh kesungguhan.Dirian menoleh, matanya menancap pada wajah istrinya.“Kaupun juga akan mati… kalau waktunya tiba,” Selene melanjutkan dengan nada tenang.Keheningan menebal. Dirian diam, sorotnya tak bergeser sedikit pun.“Aku hanya ingin tahu,” suara Selene pelan, namun setiap kata menggetarkan, “bagaimana kau… jika aku mati?”Dirian menghela napas, menepis beban yang tak ingin ia hadapi.“Jangan bicarakan hal yang tidak masuk akal,” sahutnya dingin, lalu melangkah masuk ke ruang mandi.Selene tetap berbaring. Aroma khas suaminya memenuhi ruangan, melekat di udara, menenangkan sekaligus menusuk kalbunya. Mungkin benar kata orang—kita akan selalu merasa lebih nyaman di dekat orang yang kita cintai. Namun bagi Dirian, tent

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   12 Bagaimana jika aku mati ?

    Pagi hari, Selene membuka mata dengan berat. Cahaya lembut dari jendela menembus tirai, menerangi sebagian wajahnya. Ia menoleh sedikit, dan matanya langsung menangkap sosok Dirian yang masih terlelap di sampingnya.Itu adalah pemandangan langka. Biasanya, saat ia bangun, tempat di sampingnya selalu kosong. Dirian jarang—atau hampir tidak pernah—menemaninya tidur hingga pagi. Ada banyak perubahan akhir-akhir ini, dan Selene sendiri tidak tahu harus menafsirkannya bagaimana.mungkin karena mereka melakukannya hingga hampir pagi , sehingga Dirian kelelahan sekarang dan tidak sadar dia masih tidur disamping Selene . atau mungkin karena ini adalah kamarnya sendiri sehingga dia cukup nyaman tertidur hingga pagi seperti sekarang iniIa mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi gagal. Lengan Dirian yang berat melingkari perutnya, menahan tubuhnya erat agar tak bisa kabur. Nafas hangat lelaki itu b

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   11. Maniak mesum dan Gila

    Puas?Selene tidak pernah tidak terpuaskan, bahkan tidak pernah memikirkan lelaki lain karena Dirian yang selalu mendominasinya . Dimana letak ketidakpuasannya ketika dia harus mengimbangi hasrat suaminya?Dirian memiliki libido yang tinggi sehingga tidak pernah puas bahkan dengan tiga kali permainan. Apalagi mereka memiliki jadwal malam intim sehingga tidak melakukanya setiap hari, itu menyebabkan tingkat kemesumannya bisa tinggi jika malam intim seperti ini. Pernah sekali ketika mereka bersama pergi kewilayah utara dimana disana adalah wilayah kekuasaan Dirian yang dipegang oleh nenek dan ibunya serta beberapa orang kepercayaannya. Selama satu bulan disana setiap malam Dirian tidak membiarkan dia tidur dan terus menggagahinya sampai dia hampir keguguran. Itu adalah kehamilan pertamanya dan tentu saja setelah itu dia benar benar keguguran hanya karena suaminya tidak membiarkan dia hamil benihnya. Miris !Mereka kembali ke ruang tidur. Dirian membaringkan Selene di atas ranjang besar

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   10. Bercinta dengan Duke

    Air hangat sudah disiapkan pelayan. Dirian membuka pakaian tanpa ragu, tubuhnya tampak sempurna dalam cahaya redup. Ia masuk ke bak mandi, membuka botol wine, menuang isinya ke dalam gelas. Dia duduk dengan tenang didalam bak.“Aku tidak boleh minum alkohol,” ucap Selene, mengingatkan. Tubuhnya masih rapuh setelah keguguran.“Aku akan minum sendiri. Kemarilah.” Dirian mengulurkan tangan.Selene melepas jubah, lalu menurunkan gaun tidurnya hingga jatuh ke lantai. Tubuh polosnya terekspos sempurna , Dirian menatapnya tanpa berkedip, matanya penuh dengan hasrat yang tak ia sembunyikan. Selene kemudian meraih tangan Dirian dan masuk ke bak, duduk di pangkuannya. Dia duduk membelakangi Dirian walaupun dia dipangku oleh Dirian.Air hangat menyelimuti tubuh mereka. Sentuhan kulit tanpa sehelai kain membuat wajah Selene merona. Aroma wine dan tubuh Dirian bercampur, menjeratnya dalam suasana yang intim. Suasana yang selalu ada ketika mereka melakukan hal ini bahkan sejak malam pertama . Jika

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   9. Palsu

    Begitu pintu kastil menutup di belakang mereka, Selene melepaskan genggamannya dari tangan Viviene. Udara sore terasa berat, langit merona merah keemasan, namun hawa di antara kedua saudara itu dingin membeku. Para pengawal yang tadi mengikuti langkah mereka sudah menjauh, sengaja memberi ruang.Selene menatap lurus ke depan, suaranya datar tanpa getar.“Ibu memang seperti itu. Keras, sulit dihadapi… apalagi ditenangkan.”Viviene hanya menatapnya, matanya berkilat, masih menyimpan luka dari makian Odette barusan.“Dan jika beliau sudah membenci seseorang,” lanjut Selene lirih, “selamanya takkan ada pengampunan. Beliau tidak pernah lupa.”Viviene mendengus, senyum getir muncul.“Apa kau sedang memperingatkanku? Tentang apa yang terjadi sebelumnya?”“Aku hanya memberitahumu,” jawab Selene, menoleh sebentar lalu kembali menatap ke depan. “Setidaknya, kau bisa bersiap mencari cara merebut hatinya.”Viviene menyipitkan mata. “Kau bicara seolah kau mampu melakukannya.”Selene tertawa pendek

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status