Pagi itu, Arsenio dan Alexa duduk terdiam di meja makan, tiga telur ceplok tersaji hangat di depan mereka, bersama segelas air putih yang tak tersentuh. Sunyi dan canggung menggelayuti ruangan, momen panas semalam masih menghantui pikiran keduanya. Alexa memecah keheningan dengan suara sedikit bergetar, "A-ayo, kita sarapan..." Tangannya bergerak cepat meraih garpu dan sendok, wajahnya terselip rasa malu yang sulit disembunyikan. "Ya," sahut Arsenio singkat. Hening kembali merenggut suasana, hanya dentingan sendok yang terdengar, beradu dengan piring di meja. Di dalam hati, Alexa bergumam, 'Kenapa aku jadi canggung? Aku membayarnya, dan dia bersedia. Aku harus seperti biasa!' "Arsen," suara lembut Alexa mengalun. Arsenio menoleh perlahan, menjawab dengan singkat, "Ya?" Namun matanya membesar kaget saat pandangannya tertumbuk pada deretan bekas merah di leher Alexa—tanda yang tak sengaja ia ukir semalam, nyata dan tak bisa disangkal. Alexa tersenyum tipis, "Hari ini aku beker
Huling Na-update : 2025-10-09 Magbasa pa