Kabut menebal, menelan cahaya pagi yang seharusnya mulai merambat masuk ke sela-sela pepohonan. Udara lembap membuat napas mereka berat, setiap tarikan seakan menghirup serpihan baja tipis yang melukai paru-paru.Dentuman senjata api meletus, menggema di antara batang-batang pohon. Surya bergerak cepat, menembak ke arah siluet yang melintas. Dua tubuh jatuh, terhempas ke tanah berlumur embun. Namun untuk setiap musuh yang tumbang, dua lainnya muncul dari kabut, senyap, dingin, dan penuh niat membunuh.Naya bertarung seperti bayangan. Belatinya menari, mengiris udara, lalu darah memercik. Ia meliuk, menghindari sabetan pedang, lalu berputar menancapkan pisaunya ke dada lawan. Satu jatuh, dua lagi menggantikannya. Napasnya terengah, tapi sorot matanya tetap dingin, tak memberi ruang ragu.Aruna berjongkok, tubuhnya melindungi Rafka yang masih lemah. Dokter Anwar membantunya menahan tandu, wajahnya pucat, tangannya bergetar. Hasan berdiri tak jauh, namun bukannya siap melawan, ia justru
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-09-27 อ่านเพิ่มเติม