Cahaya obor semakin dekat, menari-nari di antara batang pohon seperti mata iblis yang siap menerkam. Gonggongan anjing terdengar garang, menusuk sunyi malam. Aruna berjongkok di samping tandu, menggenggam tangan Rafka erat, seolah genggaman itu bisa melindunginya dari segala mara bahaya.Surya berdiri di depan, pistol di tangan, matanya menyipit menatap arah datangnya musuh. Hasan di sampingnya, memegang senapan tua dengan gerakan yang begitu tenang seakan tubuhnya menyatu dengan kegelapan hutan.“Sepuluh orang,” bisik Surya setelah mengamati cahaya obor. “Mungkin lebih. Mereka kira kita tak siap.”“Biarkan mereka berpikir begitu,” jawab Hasan, suaranya datar namun penuh keyakinan.Aruna menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia tahu dirinya bukan prajurit, bukan pembunuh. Tapi malam ini, ia sadar: kalau ia hanya duduk menunggu, Rafka, Naya, dan semua orang di sini bisa mati.---Derap kaki dan suara ranting patah semakin dekat. Tiba-tiba gonggongan anjing berhenti. He
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-09-26 อ่านเพิ่มเติม