Malam turun perlahan, menyelimuti lembah yang masih berasap. Bau darah dan belerang masih tebal di udara. Obor-obor menyala di sekeliling perkemahan darurat, bayangan para prajurit berkelebat di antara tenda-tenda seadanya, membawa mereka yang terluka, mengikat luka, atau hanya duduk terdiam menatap kosong ke tanah.Kemenangan selalu punya harga, dan malam itu, harga yang dibayar terlalu besar.Aruna terbaring di salah satu tenda, tubuhnya dipenuhi perban. Napasnya masih berat, meski ia tidak lagi tak sadarkan diri. Di sisinya, Jendra duduk dengan mata merah, menolak untuk beranjak. Sesekali ia membetulkan perban yang longgar, atau hanya menggenggam tangan sahabatnya erat-erat, seolah dengan itu ia bisa memastikan Aruna tidak akan pergi.Lodra berdiri di luar tenda, tangan bersedekap, wajah kerasnya kali ini penuh kegelisahan. Ia mendengar suara prajurit-prajurit yang berbisik: nama Aruna disebut-sebut di antara obrolan mereka, dengan nada yang berbeda. Bukan lagi sekadar kebingungan
Última atualização : 2025-10-03 Ler mais