Hari pemakaman Naira berjalan di bawah langit yang kelabu, seolah langit pun sedang menundukkan kepala. Tak ada hujan, tapi udara membawa aroma basah yang samar — tanda hujan semalam masih meninggalkan jejak. Di atas peti kayu sederhana itu, Arga meletakkan seikat bunga melati. Wangi lembutnya menembus udara, seolah menjadi salam terakhir yang tak terucap.Ia berdiri diam, tangan terkepal di sisi tubuh, mencoba menahan gemetar. Banyak orang datang — tetangga, teman-teman lama Naira, anak-anak dari panti asuhan yang dulu sering dikunjunginya. Mereka semua menangis, tapi tangisan Arga tertahan di dalam dadanya, berat, dalam, seperti air pasang yang tak menemukan pantai untuk pecah.Ketika doa terakhir selesai, orang-orang mulai pergi satu per satu. Arga tetap berdiri. Hanya suara langkah-langkah menjauh yang terdengar, lalu dunia seperti mengecil, menyisakan dia dan tanah merah yang masih lembap di bawah kakinya.Ia berlutut pelan, menyentuh tanah itu dengan ujung jarinya. Dingin. Sunyi
Última atualização : 2025-10-13 Ler mais