Begitu mendengar pintu terbuka, aku makin panik. Namun Fikar sigap menarik tangannya. “Sini,” bisiknya cepat. Ia menyeretku ke arah kamar tamu yang ada di dekat ruang belakang, menutup pintu rapat sebelum kembali ke ruang depan seorang diri.Mas Azzam sudah masuk, matanya liar menyapu setiap sudut rumah. “Airin! Aku tahu kamu di sini!” teriaknya dengan nada tinggi.Fikar menyandarkan tubuhnya santai di dinding, seolah tak terganggu sama sekali. “Kamu terlalu berisik, Pak Azzam. Jangan seenaknya masuk ke rumah orang lain.”“Jangan pura-pura, Fikar! Aku tahu dia ada di sini. Mana Airin?!” Azzam berusaha menerobos masuk lebih dalam, bahkan mulai membuka pintu-pintu ruangan.Namun baru beberapa langkah, dua orang security rumah muncul dari arah luar. “Maaf, Pak,” salah satu berkata tegas, “sesuai perintah Tuan Zulfikar, tidak ada tamu yang boleh masuk tanpa izin.”"Aku berhak! Aku mencari istriku di sini!” Azzam membentak, wajahnya merah padam.Security tetap teguh, berdiri menghadang. “S
Last Updated : 2025-11-14 Read more