“Ibu nggak tidur?” tanyaku pelan, sambil meletakkan cangkir teh hangat di meja kecil, samping tempat tidur. Malam sudah lewat pukul sepuluh, tapi ibuku masih terjaga, menatap langit-langit dengan mata sayu.Ia menoleh pelan, tersenyum tipis. “Nggak bisa tidur, Van. Badan rasanya nggak enak.”Aku duduk di tepi ranjang, mengusap pelan tangannya. Kulitnya dingin, urat-urat di punggung tangannya menonjol. “Ibu harus istirahat. Kalau kurang tidur nanti malah drop.”Ia mengangguk, tapi beberapa detik kemudian malah bertanya lirih. “Suamimu nggak pulang lagi, Van?”Pertanyaan itu membuatku terdiam sejenak. Aku memaksakan untuk senyum . “Nggak tahu, Bu. Mungkin masih di luar, lembur atau ketemu temannya."Ibuku menarik napas panjang. “Maaf ya, Van. Bukannya ibu ikut campur urusan rumah tanggamu. Tapi ibu nggak tega lihat kamu sering ribut sama Bimo ... apalagi kalau kamu sampai dipukuli.” Suara ibu berubah parau, lalu terdengar isakan tangis yang tertahan.“Ibu sama almarhum bapakmu aja, dulu
최신 업데이트 : 2025-10-20 더 보기