All Chapters of Sentuhan Panas Bos Suamiku: Chapter 81 - Chapter 90

Lampu-lampu taman berkelap-kelip di sepanjang pinggir kolam renang. Udara malam membawa aroma wangi bunga dari taman hotel, bercampur dengan bau gurih dari meja buffet yang berjejer rapi di sisi kanan area outdoor.Musik jazz lembut mengalun dari sudut panggung kecil, mengiringi percakapan santai para tamu undangan yang mengenakan pakaian formal. Pelayan-pelayan berlalu-lalang membawa piring, menata gelas, dan menuang wine.Lucas berdiri di sisi kolam, mengenakan jas abu gelap dengan dasi hitam tipis. Wajahnya tenang seperti biasa, tapi sorot matanya sesekali melirik meja buffet. Di antara deretan hidangan mewah, seafood panggang, steak wagyu, pasta truffle, dan berbagai hidangan internasional, perhatiannya justru tertuju pada satu sudut kecil yaitu meja dessert tradisional.Di sanalah, aneka jajan pasar disusun dengan cantik. Klepon, lapis legit, kue talam, dan serabi mini dengan santan kental.Lucas mengambil piring kecil, lalu memilih satu potong serabi dan sepotong kue talam hijau

Lucas tidak sabar. Sama sekali tidak sabar. Bahkan saat para teknisi akan menjebol pintu itu, Lucas merebut alatnya dan melakukannya sendiri. Saat pintu berhasil dijebol, uap dingin menyembur keluar seperti kabut tebal. Dan Lucas langsung berlari masuk. "Rania!" panggil Lucas yang dengan cepat mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan hatinya mencelos saat menemukan Rania di sana, duduk tidak jauh di samping pintu, tubuhnya sudah hampir membeku, rambutnya memutih karena es, wajahnya tidak berwarna, dan bibirnya membiru. "Rania!" serunya lagi dengan panik. Lucas langsung berjongkok dan membelai pipi serta kepala Rania. "Rania, kau dengar aku? Kau masih sadar kan? Buka matamu? Ini aku!" seru Lucas begitu cepat. Semua orang yang melihatnya mematung. Mereka tidak pernah melihat bos mereka begitu ekspresif seperti ini. Kelopak mata Rania bergerak sedikit, membuka samar. Napasnya tersengal, tapi masih ada. Dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Lucas yang menatap

"Kudengar kau memecat Ririn karena aku ...." "Dia pantas mendapatkannya, Rania. Sekalipun korbannya bukan kau, aku akan tetap memecatnya." Lucas menepati janjinya kembali ke rumah sakit malam itu. Ia baru kembali cukup malam setelah Aldo dan Sissy pulang. Ia tidak mau membuat gosip yang tidak perlu. Lucas juga meminta Yetty pulang karena dirinya yang akan menemani Rania. Walaupun Yetty dan Rania sama-sama sungkan, akhirnya Yetty mengijinkannya dan pulang bersama Surya. Rania sendiri mengangguk mendengar jawaban Lucas. "Hmm, aku tahu. Bukan karena siapa, tapi karena apa yang dilakukan," tegas Rania. Lucas mengangguk. "Seperti itulah. Apa yang dilakukan itu tidak benar. Tapi tetap saja aku juga marah karena dia melakukannya padamu." Lucas mengembuskan napas panjangnya, sebelum ia kembali bicara. "Rania, bisakah kau lebih menjaga diri kelak? Aku tidak akan bosan mengingatkan untuk melawan saat dibully dan menjadi wanita yang lebih kuat. Jangan terlalu memikirkan perasaan orang lain

Beberapa hari berlalu, rumah Elvan bukannya makin tenang, malah makin kacau. Elvan dan Citra makin sering bertengkar karena Citra tidak menghormati keluarganya. Citra yang tidak terima disalahkan pun balik marah dan membentak suaminya, merendahkan Elvan yang pangkatnya jauh di bawahnya, sampai membuat Elvan pun marah dan menamparnya juga. "Kau berani menamparku, Elvan?" "Kau yang sudah keterlaluan, Citra! Kau yang memaksa dinikahi, tapi setelah dinikahi, kau menghinaku dan keluargaku! Aku tidak bisa menerimanya!" Baru saja Elvan selesai bicara, pintu rumahnya sudah diketuk dengan keras. Para penagih hutang judi datang dan mendadak mengobrak-abrik rumah mereka. "Akhh! Siapa kalian? Pergi! Pergi!" Citra berteriak. "Siapa wanita cantik ini? Ini istri barumu, hah? Kudengar kau menikah lagi. Bisa punya istri baru, tapi tidak bisa bayar hutang! Bayar hutangmu atau kuhancurkan rumah ini!" "Jangan! Jangan! Aku sedang hamil, jangan melakukan apa pun padaku!" pinta Citra melow. "Sedang h

Elvan benar-benar menepati janjinya untuk tidak mengganggu Rania lagi. Bukan karena takut, melainkan karena pria itu akhirnya dipenjara. Setelah pulang dari rumah Rania pagi itu, Elvan langsung menghadapi tuntutan dari keluarga Citra yang tidak terima dengan perlakuan dari keluarga Elvan, tidak terima anaknya ditampar, kehilangan uang, dan nyaris keguguran. Elvan pun dijemput paksa ke kantor polisi dan dipenjara selama proses penyelidikan berlangsung. Beberapa hari setelah kabar itu, Rania tidak mendengar kelanjutannya dan ia pun tidak mencari tahu lagi. Baginya, hubungannya dengan Elvan sudah tutup buku dan berakhir dengan bahagia. Yang jahat sudah mendapat karmanya masing-masing, sedangkan yang baik akan terus menatap hidup baru dan masa depan dengan lebih bahagia. Malam itu, Lucas kembali memanggil Rania ke kamarnya. Rania mengantarkan makanan, sedangkan Lucas malah memberi Rania hadiah lagi. Tapi kali ini, hadiah yang sangat berguna, sebuah laptop, lengkap dengan semua perala