Sore itu, cahaya matahari menembus tirai ruang tamu, memantulkan warna keemasan di lantai marmer rumah keluarga Alya. Suasana hangat, tapi tidak benar-benar nyaman bagi Alya. Ia duduk di kursi panjang, mengenakan blus lembut warna biru muda, sementara Selina tampak sibuk menata toples kue di meja, seolah dirinya bagian dari keluarga itu.“Wah, Selina ini rajin banget, ya,” ujar Ibu Alya sambil tersenyum ramah. “Jarang-jarang ada rekan kerja Raka yang mau repot bantu di dapur.”Selina menunduk sopan, menampilkan senyum manisnya yang sudah terlatih. “Nggak apa-apa, Tante. Saya justru senang bisa bantu. Lagipula, Alya dan Raka kan sudah seperti keluarga saya juga.”Alya menatapnya sekilas. Kata “keluarga saya juga” terdengar ringan, tapi maknanya mengiris.Ia meneguk teh di genggamannya pelan, lalu berkata dengan nada lembut, “Iya, Selina memang cepat akrab sama siapa pun. Waktu di kantor juga semua bilang dia gampang bikin orang nyaman.”“Ah, kamu bisa aja, Alya,” balas Selina dengan ta
Last Updated : 2025-10-06 Read more